Sabtu, 26 Desember 2015

Propsal Kejang Demam

Posted by with No comments

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa yang menakutkan pada kebanyakan orang tua karena kejadiannya yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak tahu harus berbuat apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >380C) yang disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang orang tua khawatir jika anaknya panas, apakah nanti akan kejang atau tidak. Dari penelitian, kejadian kejang demam sendiri tidaklah terlalu besar yaitu sekitar 2-4 %, artinya dari 100 anak dengan demam ada sekitar 2-4 yang mengalami kejang. Kejang demam terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan terbanyak terjadi pada usia 17-23 bulan. Kejang demam anak perlu diwaspadai karena kejang yang lama (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian, kerusakan saraf otak sehingga menjadi epilepsi, kelumpuhan bahkan retardasi mental. (www. Mardiati, tanggal 12 agustus 2008).
Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tidak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan anak tambah parah kesalahan orang tua adalah kurang tepat dalam menangani kejang demam itu sendiri yang kemungkian terbesar
adalah disebabkan karena kurang pengetahuan orang tua dalam menangani kejang             demam.(www. Published, 17 Februari 2010).
Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan para orang tua dalam mengatasi kejang demam pada anak sebelum selanjutnya membawa anak mereka ke rumah sakit. Antara lain seperti beri obat penurun panas apabila suhu anak melewati angka 37,5ÂșC, kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil). Jangan kompres dengan air dingin, karena dapat menyebabkan “korsleting”/ benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh si kecil dengan kompres dingin tadi, agar si kecil tidak cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak.  Tidak perlu menahan mulut si kecil agar tetap terbuka dengan mengganjal/ menggigitkan sesuatu di antara giginya.
Miringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan muntahnya sendiri yang bisa mengganggu pernapasannya. Jangan memberi minuman/ makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak, apabila keadaan anak sudah mulai stabil bawa anak ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan selanjutnya. (www. Wordpress, 08November 2010).                                         
 Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73).
Kejadian kejang demam diperkirakan 2 - 4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam komplek. Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam komplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari 1 kali kejang demam dalam 24 jam. (Arif Mansjoer, 2000).
Masloman dkk pada tahun 1997-2001 di RSUP Manado mendapatkan 327 penderita kejang demam dengan usia terbanyak 2-4 tahun. Eka dkk pada tahun 1999-2001 di RS Moh. Hoesin Palembang mendapatkan 429 penderita kejang demam, terutama pada usia 12-17 bulan.(www. Wordpress, 08 November 2010).
Dari studi pendahuluan pada tanggal 12 Mei 2010, pada tahun 2009 bayi yang terkena kejang pada usia 1 sampai 3 tahun berjumlah 231 orang dan anak yang terkena demam berjumlah 102 orang. Bayi yang terkena kejang pada usia 1-5 tahun berjumlah 294 orang dan yang terkena demam berjumlah 178 orang. Tahun 2010 pada bulan Januari sampai bulan April, bayi yang terkena kejang pada usia 1-3 tahun berjumlah 79 orang dan yang terkena demam berjumlah 31 orang. Bayi yang terkena kejang pada usia 1-5 tahun berjumlah 101 orang dan yang terkena demam berjumlah 56 orang.
Berdasarkan uraian diatas dan terjadinya peningkatan angka kejadiaan kejang demam, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang hubungan pengetahuan, pendidikan, dan sikap ibu dengan penanganan  kejang demam pada balita sebelum dirawat di paviliun Theresia RS. RK Charitas Palembang tahun 2010.
B.     Perumusan Masalah
Karena masih banyaknya ibu-ibu yang kurang tahu dalam penanganan pertama pada kejang demam dan tingginya angka kejadian kejang demam di RS. RK Charitas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Pengetahuan, pendidikan, dan sikap ibu dengan penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat di paviliun Theresia RS. RK Charitas Palembang Tahun 2010. ”
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, dan sikap ibu Dengan Penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat di paviliun Theresia RS. RK Charitas Palembang Tahun 2010.”
2.      Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan pada ibu dengan penanganan  kejang demam pada balita sebelum dirawat.
b.      Untuk mengidentifikasi gambaran sikap pada ibu dengan penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat.
c.       Untuk mengidentifikasi gambaran pendidikan pada ibu dengan penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat.
d.      Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan pada ibu dalam penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat.
e.       Untuk mengidentifikasi hubungan sikap pada ibu dalam penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat.
f.       Untuk mengidentifikasi hubungan pendidikan pada ibu dalam penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti terutama dalam metodologi penelitian dan penerapan proses keperawatan guna mengatasi masalah penyakit kejang demam pada balita, serta penginformasian yang tepat guna kepada orang tua dalam mengatasi masalah penyakit kejang demam pada balita.
2.      Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut mengenai pentingnya penerapan proses keperawatan guna mengatasi masalah penyakit kejang demam pada balita.

3.      Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan masukan kepada institusi Pendidikan khususnya pengetahuan dibidang keperawatan anak tentang pentingnya penerapan mengenai proses keperawatan guna mengatasi masalah penyakit kejang demam pada balita.
4.      Basgi Perawat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perawat untuk menyusun upaya-upaya yang sesuai dalam mengatasi kejang dan berperan serta pada penerapan proses keperawatan guna mengatasi masalah penyakit kejang demam pada balita.
5.      Bagi orang tua
Meningkatkan keterampilan orang tua yang akan memungkinkan para orang tua untuk mempunyai pengetahuan bagaimana penanganan pertama  pada balita yang terserang kejang demam, sebelum balita tersebut dibawa ke rumah sakit.
E.     Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Keperawatan Anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan, pendidikan, dan Sikap Ibu dengan penanganan  Kejang Demam pada balita sebelum dirawat di Paviliun Theresia RS. RK. Charitas Palembang pada bulan Juni  tahun 2010”
F.     Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN,yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,  manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, yang terdiri dari definisi pengetahuan, tingkatan pengetahuan, factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, definisi sikap, komponen pokok sikap, berbagai tingkatan sikap, cara pengukuran sikap, definisi kejang demam, anatomi fisiologi kejang demam, etiologi kejang demam, patofisiologi kejang demam, manifestasi klinik kejang demam, klasifikasi kejang demam, komplikasi kejang demam, penatalaksanaan medis kejang demam.
BAB III KERANGKA KONSEP, yang terdiri dari kerangka konsep penelitian, definisi operasional, hipotesis.
BAB IV METODE PENELITIAN, yang terdiri dari jenis penelitian, tempat/ lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data, jadwal penelitian, etika penelitian.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang terdiri dari gambaran umum RS. RK. Charitas, gambaran umum Paviliun Theresia RS. RK. Charitas, dan Pembahasan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Rental Mobil di Palembang Kembali Menerima Order Di Tahun baru

Posted by with No comments
Sewa dan Rental Mobil  di Palembang – Anda membutuhkan rental mobil di kota Palembang, apakah itu mobil Eropa, Jepang atau Mobil dengan tenaga yang lebih besar, kami menyediakan rental dan sewa mobil tersebut. Anda tinggal pilih jenis dan pilihan mobil yang dibutuhkan kami siap melayani anda keliling kota Palembang dengan mobil yang nyaman dan elegan.

  • Sinar Mas Rental Mobil Palembang, Telah Berpengalaman lebih dari 5 Tahun.
  • Sinar Mas Rental Mobil Palembang, Menawarkan Harga Istimewa bagi client baru
  • Sinar Mas Rental Mobil Palembang, Menyediakan Armada Mobil-mobil terbaru dari segala merk saat ini
  • Sinar Mas Rental Mobil Palembang, Memiliki Driver yang telah memiliki sertifikasi kelulusan untuk kelayakan pengendara angkutan
  • Sinar Mas Rental Mobil Palembang, Proses Pesanan Cepat – pembayaran dapat dilakukan Negosiasi terlebih dahulu
  • Sinar Mas Rental Mobil Palembang, memberikan jasa pelayanan antar jemput ke bandara
  • Sinar Mas Rental Mobil Palembang, menyediakan jasa antar anda untuk tujuan Pariwisata di palembang – Sumatera Selatan
  • Sinar Mas Rental Mobil Palembang, Sinar Mas Rent Palembang, Sinar Mas Rent Palembang…!!!!

Sewa Mobil Antar Jemput Bandara di Palembang – Bingung!! baru pertama kali ke Palembang atau ingin langsung diantarkan ke Hotel terbaik di Kota palembang!! Yach… Hubungi kami segera, Sopir kami yang handal siap mengantarkan anda, tak perlu khawatir kami akan mengantarkan kemanapun tujuan anda

Sinarmas-Rent merupakan salah satu penyedia layanan rental mobil Palembang. Menggunakan armada mobil keluaran baru, dengan kondisi terawat untuk disewakan kepada Anda.   Sinarmas Rentcar merupakan perusahaan berlokasi di Palembang yang memberikan pelayanan dalam bidang rental mobil dengan harga murah namun tetap memberikan kualitas prima. Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun dibidang sewa dan rental mobil, kami telah melayani berbagai pelanggan seperti tamu kehormatan, para ekspatriat, berbagai perusahaan nasional maupun multi-nasional, hotel, bank dan para pribadi untuk kepentingan UKM maupun keluarga. Pelayanan yang bersahabat, lebih mendengarkan konsumen serta harga bersaing yang murah, kendaraan yang berkualitas ditambah jenis sewa atau rental mobil baik harian, bulanan maupun jangka panjang merupakan penawaran yang terbaik dari kami untuk anda. Jangan ragu untuk menghubungi kami.

Kamis, 26 November 2015

Tips Rental Mobil di Palembang

Posted by with No comments
TIPS Apabila Hendak Merental Mobil

Berikut Tips bagi anda yang Ingin merental mobil atau menyewa mobil




Tips selanjutnya untuk sewa mobil yaitu :

Sabtu, 08 November 2014

HUBUNGAN KEKUATAN JARI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN PASSING ATAS PERMAINAN BOLA VOLI SISWA EKSTRAKULIKULER SMAXXXX SUNGAI LILIN KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Posted by with No comments
Proposal Skripsi
HUBUNGAN KEKUATAN JARI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN PASSING ATAS PERMAINAN BOLA VOLI SISWA EKSTRAKULIKULER SMAXXXX SUNGAI LILIN KABUPATEN MUSI BANYUASIN

1.             Latar Belakang
Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan untuk mendapatkan tubuh sehat dan kuat, aktivitas itu sendiri cenderung yang menyenangkan dan menghibur. Kata olahraga berasal dari bahasa Indonesia asli, tidak sama dengan sport. Olahraga berarti mengolah atau menyempurnakan jasmani atau fisik. Melihat dari tujuannya, olahraga dibagi menjadi tiga yaitu olahraga pendidikan, olahrgaga prestasi, dan olahraga rekreasi. Pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan (PJOK) yang ada disekolah merupakan aktivitas fisik yang merupakan sarana untuk menyehatkan jasmani dan rohani pelajar sekaligus juga memberikan pendidikan kesehatan yang mendasar kepada peserta didik. 

Permainan bola voli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang, karena dalam permainan bola voli dibutuhkan koordinasi gerak yang benar-benar bias diandalkan untuk melakukan semua gerakan yang ada dalam permainan bola voli. Sutarmin dan Sri Wahyuni (2010 :25) menjelaskan bahwa, “permainan bola voli adalah merupakan salah satu jenis permainan bola besar. Permainan bola voli dilakukan oleh dua regu terdiri atas enam pemain. Setiap regu saling memantulkan bola yang melewati atas net atau jaring”. Walaupun begitu, permainan bola voli sangat cepat berkembang dan merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat popular di Indonesia setelah cabang olahraga sepak bola dan bulu tangkis.
selengkapnya anda dapat menghubungi kami di 082307286262 / Rio..






Kamis, 06 Desember 2012

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Efektivitas Kerja Karyawan Perusahaan Ichiko Palembang

Posted by with 3 comments
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang Masalah
Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Suatu ungkapan mulia yang mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, hal ini dikarenakan posisi pemimpin dalam suatu organisasi berada pada posisi yang sangat penting.
Manajemen sumber daya manusia pada dasarnya merupakan langkah-langkah perencanaan, penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan baik individu maupun organisasional. Untuk itu diperlukan adanya suatu manajemen yang baik untuk mengatur orang tersebut secara efektif dan efisien, agar tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat terwujud. Suatu perusahaan dapat maju atau hancur akibat dari kualitas dan tingkah laku manusia yang ada di dalam perusahaan tersebut.
Seorang  pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kwalitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting dalam efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi. Seseorang pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari bawahannya tersebut melayani dia. Pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhannya.
Dalam sebuah bisnis untuk menjadi sukses, memerlukan manajemen yang baik yang hanya dapat disampaikan oleh manajer berpengalaman yang baik. Namun, dalam dunia yang penuh persaingan pada saat ini, keterampilan manajemen dasar tidak cukup untuk meraih sebuah keberhasilan, diperlukan lebih dari hal tersebut. Oleh karena itu diperlukan Leadership Skill. Keterampilan kepemimpinan (Leadership Skill) yang baik dan efektif sangat penting untuk membangun, mendorong dan mempromosikan budaya dalam perusahaan yang kuat dan akhirnya mencapai kesuksesan. Sering kali, manajer disalahpahami untuk menjadi pemimpin yang, sebenarnya, adalah tidak benar. Seorang pemimpin dapat merupakan manajer, sedangkan tidak semua manajer memiliki jiwa pemimpin. Dengan demikian, keterampilan kepemimpinan diperlukan untuk memaksimalkan efisiensi dan mencapai tujuan organisasi.
Dalam perusahaan Ichiko Palembang yang merupakan perusahaan perdagangan barang-barang elektronik, tentunya efisiensi dan efektivitas kerja sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan bisnis di bidang elektronik memerlukan biaya permodalan yang tidak sedikit dan cendrung memiliki resiko yang cukup besar seperti kerusakan peralatan elektronik, garansi sparepart yang harus diberikan kepada konsumen dan banyak lagi hal-hal lainnya. Oleh karena itu seorang pemimpin harus dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik, khususnya dalam menata manajemen di perusahaan ini. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik dan perusahaan dapat mencapai tujuannya secara optimal.
Organisasi merupakan suatu kumpulan orang-orang yang saling bekerjasama dengan memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Tujuan organisasi adalah tercapainya suatu tujuan dimana individu-individu tidak dapat mencapainya sendiri. Dengan adanya sekelompok orang yang bekerjasama secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat mencapai hasil yang lebih dari pada dilakukan oleh satu orang. Dengan demikian tiang dasar dalam pengorganisasian yaitu prinsip pembagian kerja. Dalam mencapai tujuan organisasi banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya kualitas sumber daya manusia atau pegawai, metode kerja, lingkungan kerja dan fasilitas-fasilitas yang menunjang tercapainya tujuan.
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan yaitu terwujudnya efektivitas kerja yang positif. Untuk mewujudkan efektivitas kerja yang positif tentunya bukan merupakan usaha yang mudah, karena dipengaruhi beberapa faktor diantaranya : lingkungan kerja, tata ruang kantor, suasana kerja, gaya kepemimpinan dan komunikasi baik intern maupun ekstern dan lain sebagainya.
Apabila efektivitas kerja pegawai kurang optimal tentunya tujuan organisasi yang telah ditetapkan juga tidak akan dapat tercapai dengan baik. Hal inilah yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak manajerial terutama pimpinan instansi, agar dapat sedini mungkin mengantisipasi dan berupaya meningkatkan kualitas manajemen sumber daya manusia yang ada pada lembaga tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lapangan mengenai Pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas kerja karyawan yang ada di perusahaan Ichiko Palembang dalam sebuah skripsi yang berjudul, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Efektivitas Kerja Karyawan Perusahaan Ichiko Palembang”.


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG GAWAT DARURAT RSUP MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2012

Posted by with No comments


1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian yang utama saat ini. WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa 36 juta (63 %) dari total 57 juta kematian di dunia pada tahun 2014 disebabkan oleh penyakit tidak menular, yang meliputi penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan penyakit pernafasan kronis. Penyakit tidak menular tersebut, tidak hanya terjadi pada usia tua, tapi juga terjadi pada usia muda. Negara dengan tingkat ekonomi rendah hingga menengah, 29 % dari seluruh kematian pada usia kurang dari 60 tahun disebabkan oleh penyakit tidak menular, sedangkan di negara maju adalah sebanyak 13 %. Proporsi kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular pada orang-orang yang berusia dibawah 70 tahun, paling banyak disebabkan oleh penyakit kardiovaskular (39 %), diikuti kanker (27 %), kemudian penyakit pernafasan kronis dan penyakit tidak menular lainnya (30 %), dan yang terakhir adalah diabetes (4 %).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tidak lagi menghadapi double burden diseases, tetapi triple burden diseases. Maksudnya, penyakit menular masih menjadi masalah yang tak kunjung terselesaikan, munculnya penyakit menular lama (re-emerging diseases), timbulnya penyakit baru (new-emerging diseases), dan diperparah dengan penyakit tidak menular dengan kecenderungan yang semakin meningkat.
Penyakit jantung koroner atau disebut juga dengan penyakit arteri koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersumbat atau menyempit karena endapan lipid atau lemak yang berada pada dinding arteri. Pengendapan ini terjadi secara bertahap dan perlahan-lahan. Pengendapan atau penumpukan ini disebut dengan aterosklerosis yang bisa juga terjadi pada pembuluh darah lainnya, tidak hanya pada arteri koroner.
Penelitian tentang faktor risiko penyakit jantung koroner dimulai pada tahun 1948 di Kota Frammingham, yang dikenal dengan “Framingham Heart Study”, subyeknya adalah penduduk yang berusia 30-62 tahun sebanyak lima ribu orang lebih. Para ilmuan mencatat jenis kelamin, usia, beberapa parameter kimiawi darah, tekanan darah, dan kebiasaan hidup penduduk Framingham yang diperiksa secara rutin setiap 2 tahun. Tahun 1960-an, diketahuilah bahwa beberapa karakteristik pribadi, kondisi kesehatan dan kebiasaan hidup subyek penelitian merupakan faktorfaktor risiko kardiovaskular, istilah yang diungkapkan William Kannel sebagai kepala peneliti. Faktor risiko tersebut meliputi usia lanjut, jenis kelamin, riwayat penyakit, hiperkolesterol, hipertensi, diabetes mellitus dan kebiasaan merokok.  
Faktor risiko pada penyakit jantung koroner dapat dikelompokkan menjadi 2, berdasarkan bisa atau tidaknya dimodifikasi, faktor risiko yang bisa dimodifikasi (modifiable) antara lain obesitas, dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan stres, faktor yang tidak bisa dimodifikasi (nonmodifiable)  antara lain adalah umur, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga, dan ras/etnis. Selain itu, faktor risiko penyakit jantung koroner juga ada yang digolongkan menjadi faktor risiko utama (merokok, hipertensi, kolesterol, diabetes mellitus dan alkohol) dan faktor risiko tambahan (obesitas, keturunan, aktivitas fisik, umur, jenis kelamin dan stres). )
Ras atau etnis sering dihubungkan dengan kejadian penyakit jantung koroner. Etnis minangkabau diduga memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit jantung koroner, hal ini karena kebiasaan etnis minangkabau dalam mengonsumsi sari kelapa atau santan. Sari kelapa atau santan mengandung lemak total atau lemak jenuh yang cukup tinggi, sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Namun
penelitian membuktikan hal lain, bahwa konsumsi lemak total atau lemak jenuh dari sari kelapa bukanlah faktor risiko terjadinya penyakit jantung, tapi asupan makanan hewani, protein total, makanan yang mengandung kolesterol dan kurangnya karbohidrat nabati menjadi faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani, dkk. membuktikan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor yang berhubungan terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Obesitas dapat menyebabkan aterosklerosis, hipertensi, hiperlipidemia dan diabetes mellitus tipe 2.
Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa faktor lain seperti riwayat penyakit keluarga, dislipidemia, hipertensi, dan diabetes mellitus merupakan faktor yang berperan terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Faktor risiko tersebut diperparah dengan pola hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor pengetahuan atau tingkat pendidikan juga berperan pada kejadian penyakit jantung koroner, hasil penelitian membuktikan bahwa orang dengan tingkat pengetahuan yang kurang baik mempunyai risiko 2,4 kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner dibanding dengan orang dengan tingkat pengetahuan yang baik. Selain faktor risiko di atas, beberapa penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara penyakit periodontal dengan penyakit jantung koroner. Penyakit periodontal tersebut antara lain karies gigi dan oral hygiene status (status kebersihan gigi dan mulut).




Untuk lebih lengkap dapat menghubungi kami...!!


Asuhan keperawatan kanker paru

Posted by with No comments
Kanker Paru  atau Ca Paru adalah penyebab kematian utama pada laki – laki maupun perempuan di Amerika Serikat ( Price, 2006; 850 ). Kanker Paru merupakan salah satu jenis kanker yang sering ditemukan pada laki – laki. Kekerapan laki – laki terserang kanker paru dibandingkan wanita berkisar 3 – 5 : 1, kanker ini timbul pada umur diatas 40 tahun, sering kali pada umur 60 – 70 tahun ( Dalimartha,  2004 ;  57 ).
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan oleh kanker dan  pembunuh  nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Kanker Paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis yang sering kali buruk. kanker paru biasanya tidak dapat diobati dan penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun ( Somantri, 2009 ; 112 )
Kanker Paru ( Karsinoma Bronkogenik ) adalah penyebab nomor satu kematian akibat kanker di negara industri. penyakit ini telah lama menduduki posisi ini untuk kaum laki-laki di Amerika Serikat, menyebabkan sekitar sepertiga kematian akibat kanker pada laki–laki, dan juga telah menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada perempuan. diperkirakan selama tahun 2002, akan terdapat 169.400 kasus baru kanker baru di dan sekitar 154.900 orang akan meninggal karena penyakit ini. laju peningkatan diantara kaum laki – laki telah melambat, tetapi pada perempuan lajunya terus meningkat (Robbins, 2007; 559).
Statistik ini jelas berkaitan dengan hubungan sebab akibat antara  merokok dan karsinoma bronkogenik. Insiden puncak kanker paru – paru terjadi pada usia antara 55 – 65 tahun, saat ini perbandingan laki – laki terhadap perempuan 2 : 1. Saat diagnosis, lebih dari 50 % pasien telah mengalami metastase jauh, sementara seperempat memperlihatkan penyakit di kelenjar getah bening regional (Robbins, 2007; 560).
Prognosis kanker paru buruk : angka kejadian 5 tahun untuk semua stadium kanker baru yang digabungkan dengan  14 % , bahkan pasien dengan penyakit terbatas di paru memiliki angka kesintasan 5 tahun hanya sekitar 45 %.
( Robbins, 2007; 559 ).
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering ditemukan pada laki – laki. kekerapan laki – laki terserang kanker paru dibandingkan wanita berkisar 3 – 5 : 1. Kanker ini timbul pada umur diatas 40 tahun, sering kali pada umur 60 – 70 tahun.
Berdasarkan data yang dirilis International Agency for Research on Cancer, salah satu lembaga di bawah Badan Kesehatan Dunia PBB, penderita kanker dunia mencapai 12,7 juta orang pada tahun 2008 dan mengakibatkan kematian 7,6 juta penderita. Pada tahun 2030 diramalkan akan ada 21,4 juta kasus kanker baru dengan 13,2 juta kematian (Zenab, 2010).
Di Indonesia

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit RK. Charitas Palembang, jumlah penderita Ca Paru pada tahun 2008 berjumlah 30 penderita, pada tahun 2009 berjumlah 29 penderita, pada tahun 2010 berjumlah 33 penderita dan pada tahun 2011 dari bulan Januari – Juli 2011 berjumlah 18 penderita ( Rekam Medis RS. RK. Charitas Palembang).
Peran perawat dalam proses penyembuhan bagi klien sangat dibutuhkan, misalnya perawat meningkatkan kerjasama dengan klien dan keluarga untuk menentukan rencana keperawatan dan mengatasi masalah keperawatan yang ada berdasarkan prioritas masalah yang dialami pasien. 
Di latar belakangi masalah tersebut, penulis mengambil Karya Tulis Ilmiah dengar judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. “N” dengan Gangguan Sistem Pernafasan ; Ca Paru

Sabtu, 24 November 2012

Hubungan pola pemberian ASI dengan Produksi ASI pada ibu meyusui pada bayi usia 1 – 2 Tahun di

Posted by with No comments
BAB I
PENDAHULUAN
 
A.    Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dilaksanakan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain adalah penurunan angka kematian Bayi dan peningkatan status gizi masyarakat. Indonesia saat ini masih menghadapi masalah gizi ganda yaitu kondisi dimana disatu sisi masih banyaknya jumlah penderita gizi kurang, sementara disisi lain jumlah masyarakat yang mengalami gizi lebih cenderung meningkat. Masalah gizi ganda ini sangat erat kaitannya dengan gaya hidup masyarakat dan perilaku gizi. Status gizi masyarakat akan baik apabila perilaku gizi yang baik dilakukan pada setiap tahap kehidupan termasuk pada Bayi.
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa terjadwal dan tidak diberi makanan lain walaupun air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan bayi diperkenalkan dengan makanan tambahan yang lain. Karena pada saat berumur 6 bulan sistem pencernaannya mulai matur.
Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan.  Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Linkages, 2010).
Meskipun usaha untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif sangat gencar dilakukan tapi pemberian ASI di Indonesia masih memprihatinkan. Hal tersebut tergambar dari cakupan pemberian ASI ekslusif 6 bulan hanya 39,5% dari keseluruhan bayi dan terdapat peningkatan pemakaian susu formula sampai 3 kali lipat antara 1997-2002. Berdasarkan data yang ada pada tahun 2002-2003 bayi dibawah usia 4 bulan yang diberi ASI ekslusif hanya 55% sementara itu pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 2 bulan hanya 64%. 60 % pada bayi berusia 2-3 bulan dan 14% pada bayi 4-5 bulan (Meutia, H, 2008). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati, 2010).
Berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2010, baru ada 33,6 persen bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Bahkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menyebutkan, hanya 15,3 persen bayi umur kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif.  Secara nasional, jumlah konselor menyusui baru mencapai 2.921 orang. Jumlah ini masih terlalu kecil dari target yang dibutuhkan sekitar 9.323 konselor. Oleh karenanya, Pemerintah melalui Kementrian kesehatan mengupayakan agar setiap pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas dan Rumah Sakit tersedia konselor menyusui untuk membantu para ibu yang memiliki kendala memberikan ASI.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002–2003 hanya 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam pertama kelahirannya, dan hanya 8% bayi di Indonesia yang mendapat ASI Eksklusif enam bulan, sementara target Pemerintah tahun 2010 ingin mencapai ASI Eksklusif sebanyak 80%. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari Petugas Kesehatan, persepsi – persepsi sosial budaya yang menentang pemberian ASI, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan pemasaran agresif oleh perusahan – perusahan susu formula yang tidak saja mempengaruhi para ibu namun juga Petugas Kesehatan (Baskoro, 2008).
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting sebab dengan persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya sehingga ibu hamil masuk dalam kelas Bimbingan Persiapan Menyusui (BPM). Demikian pula suatu pusat pelayanan ibu hamil yang dapat menunjang kebijakan yang berkenaan dengan pelayanan ibu hamil yang dapat menunjang keberhasilan menyusui (Soetjiningsih, 2009).
Produksi dan pengeluaran ASI diatur oleh kerja hormon Prolaktin dan Oksitosin. Kedua hormon ini akan dihasilkan saat bayi menyusu. Sehingga kesimpulan kita adalah proses menyusui itu sendiri akan meningkatkan produksi dan pengeluaran ASI juga mempengaruhi tumbuh kembang anak, menyusui semau bayi dapat menjamin tercukupinya kebutuhan bayi (Syam, 2011).
Ada sejumlah tanda yang menunjukkan pada anda bahwa bayi tidak mendapat cukup ASI. Jika bayi anda disusui kurang dari delapan kali dalam waktu 24 jam, kencing sedikit yang bisa terlihat hanya dari beberapa popok saja yg diganti, mengeluarkan air kemih yang tampak mengandung "debu batu bata" berwarna kemerahan, atau buang air besar kurang dari satu kali dalam sehari sesudah menyusu, ada kecenderungan besar bahwa bayi mengalami masalah dengan kenaikan berat badannya. Produksi ASI atau asupan yang kurang memadai bagi bayi dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut: ketidakefektifan menempelkan mulut, pemberian ASI yang terjadwal, menyusu hanya dari satu payudara, bayi tidur lama, gaya hidup si ibu, pasokan asi yang tidak memadai (bidanku, 2011).
Produksi ASI yang sedikit disebabkan oleh karena adanya kelainan kelenjar mamae tetapi hal ini hanya 1% saja, penyebab utamanya adalah "supply by demand" yaitu persediaan cadangan air susu, dimana apabila ibu sering mengosongkan payudaranya dengan cara menyusui langsung maupun perah/ pompa ASI maka produksi ASI akan semakin banyak, jusru sebaliknya apabila ibu tidak menerapkan pola menyusui yang benar dengan frekuensi yang jarang menyusui anaknya dan menyelingi dengan susu formula maka kemungkinan besar produksi ASI akan berkurang (Syam, 2011).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa dewasa ini terdapat kecenderungan penurunan pemberian ASI  dan  ibu yang baru melahirkan cenderung menggantikan pemberian ASI dengan susu fomula di  masyarakat.  Hal ini diakibatkan kenaikan tingkat partisipasi  wanita dalam angkatan kerja  dan peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan susu  buatan serta luasnya distribusi susu  buatan terdapat kecenderungan menurunnya kesediaan menyusui maupun lamanya menyusui baik dipedesaan dan diperkotaan. Menurunnya jumlah ibu yang menyusui  sendiri bayinya  pada mulanya disebabkan oleh tidak keluarnya produksi ASI yang memadai untuk kebutuhan bayinya. Hal itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai pola pemberian ASI yang benar.  Meskipun  mereka menyadari pentingnya pemberian ASI tetapi budaya modern dan kekuatan  ekonomi yang semakin meningkat telah mendesak para ibu untuk segera menyapih  anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.
 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pendahuluan dapat diketahui bahwa masih banyak ibu rumah tangga yang belum mengetahui secara benar bagaimana cara mempertahankan produksi ASI yang dibuyuhkan oleh bayinya, hal ini kemungkinan dikarenakan faktor pola pemberian ASI yang salah . Untuk itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, ”Hubungan pola pemberian ASI dengan Produksi ASI pada ibu meyusui pada bayi usia 1 – 2 Tahun di wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2012.
 
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis ingin mengetahui  adakah hubungan pola pemberian ASI dengan Produksi ASI pada ibu meyusui pada bayi usia 1 – 2 Tahun di wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2012
 
C.    Pertanyan Penelitan
Faktor apa sajakah yang berhubungan dengan motivasi seorang perawat dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 tahun di RS.Muhammadiyah Palembang 2012.
D.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi seorang perawat dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0 - 6 tahun di RS. Muhammadiyah Palembang 2012.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan motivasi seorang  perawat dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0 – 6 bulan di RS. Muhammadiyah Palembang 2012.
b.      Diketahuinya hubungan sikap dengan motivasi seorang perawat dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0 – 6 bulan di RS. Muhammadiyah Palembang 2012.
c.       Diketahuinya hubungan dukungan suami dengan motivasi perawat dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0 – 6 bulan di RS. Muhammadiyah Palembang 2012.
 
E.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.      Manfaat Bagi Instansi Kesehatan
Dapat menjadi masukan bagi instansi kesehatan, khususnya RS. Muhammadiyah dalam menjalankan program pemerintah tentang pemberian ASI Eksklusif dan menyediakan tempat untuk ibu menyusui anaknya.
2.      Manfaat Bagi Tenaga kesehatan / perawat
Dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan, khususnya tentang pemberian ASI eksklusif sehingga dapat memberikan support dan memotivasi kepada para perawat untuk dapat menjalankan program pemberian ASI eksklusif.
3.      Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi Mahasiswa STIKes Siti Khodijah Palembang.
4.      Manfaat Bagi Penelitian
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya tentang motivasi dalam pemberian ASI eksklusif.
 
F.     Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam lingkup keperawatan Maternitas. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat dalam pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan. Variabel yang akan diteliti bagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan suami dengan motivasi perawat dalam pemberian ASI. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, waktu penelitian  ini akan dilakukan pada bulan Juni 2012. Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah semua perawat yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
.

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG SEPTEMBER 2011

Posted by with No comments

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
Program Studi DIII Kebidanan
Skripsi   September 2011

Lia Komalasari

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG SEPTEMBER 2011

xvi + 56 halaman + 6 lampiran + 3 tabel

ABSTRAK

Penggunaan kontrasepsi suntik adalah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan. Jenis kontrasepsi adalah 25 mg depomedroksiprogesteron asetat dan 5 mg sipionat yang diberikan secara injeksi im. Tujuan peneltian ini untuk menegetahui hubungan anatara pendidikan dan pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan di puskesmas Ariodillah Palembang tahun 2011. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional dan teknik accidental sampling. Sample dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memakai kontrasepsi di puskesmas Ariodillah Palembang yang berjumlah 85 respondent data ini dianalistis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji ehi-square dengan teknik komputerisasi. Hasil penelitian analisis univariat di dapatkan yang berpendidikan (≥SMA) sebanyak 42 orang (49,4%) sedangkan yang berpendidikan (<SMA) sebanyak 43 orang (50,6%), sedangkan respondent dengan pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan yang pengetahuannya baik sebanyak 38 orang (44,7%) dan respondent dengan pengatahuan kurang baik sebanayk 47 orang (55,3%) dan ibu yang menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan sebanayk 40 orang (47,1%) dan yang menggunakan kontrasepsi selain KB suntik 3 bulan sebanyak 45 orang (52,9%).
Dari analisis bivariat dengan chi-square menghasilkan hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan, dengan nilai p value = 0,013 < 0,05 dan hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan nilai p value = 0,019 < 0,05. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dan pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan, disarankan kepada petugas kesehatan terutama bidan agar lebih meningkatkan penyuluhan dan pemberian informasi mengenai penggunaan alat kontrasepsi suntik KB hingga dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum menjadi akseptor KB.

Daftar Pustaka          : 13 (2004-2010)
Kata kunci     :KB

Untuk skripsi hubungi kami rentalsinarmas@gmail.com




Kamis, 25 Oktober 2012

Analisis Siklus Pengeluaran Kas Pada Perusahaan PDAM Tirta Musi Palembang

Posted by with No comments







Latar Belakang Masalah

         Pengendalian intern terhadap pengeluaran kas yang diterapkan dan dilaksanakan pada perusahaan PDAM perlu dirancang dengan baik dan memerlukan perhatian yang cukup serius dari  pihak manajemen perusahaan, karena pihak manajemenlah yang bertanggung jawab dan berperan aktif dalam hal melaksanakan pengendalian intern.  Jika pengendalian intern dilaksanakan dengan terarah dan pelaksanaanya bertanggung jawab penuh maka akan memperkecil tindakan penyelewengan terhadap kas.  Dari kas ini manfaat yang diperoleh pun akan semakin besar sehingga dapat mengurangi kolusi atau hal serupa yang seiring terjadi pada berbagai badan usaha lainnya. 
         Menurut (Yusuf, 2003:3), dalam penerimaan dan pengeluaran kas diperlukan adanya prosedur yang baik yang nantinya akan sesuai dengan kebijakan manajemen yang telah ditetapkan sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik prosedur penerimaan dan pengeluaran kas akan semakin dapat dipercaya besarnya kas pada laporan keuangan tersebut.  Lebih dari itu kas juga menggambarkan tingkat likuiditas artinya semakin besar kas, maka semakin likuid .
         Berdasarkan pendapat tersebut, dijelaskan bahwa prosedur penerimaan maupun pengeluaran kas yang baik dan tertata rapi, tentunya akan mempengaruhi sistem keuangan suatu perusahaan.  Prosedur penerimaan maupun pengeluaran yang  baik akan mencegah terjadinya kecurangan ataupun kolusi yang berakibat kepada penyelewangan dana yang pada akhirnya merugikan perusahaan itu sendiri.
Sedangkan (Mulyadi, 2001:482) berpendapat bahwa:
          Berdasarkan sistem pengendalian intern yang baik, sistem penerimaan kas dari piutang harus menjamin diterimanya kas dari debitur oleh perusahaan, bukan oleh karyawan yang tidak berhak menerimanya.  Untuk menjamin diterimanya kas oleh perusahaan, sistem penerimaan kas dari piutang mengharuskan debitur melakukan pembayaran dengan cek atau dengan pemindahbukuan melalui rekening bank (giro bilyet).  Jika perusahaan hanya menerima kas dalam bentuk cek dari debitur, yang ceknya atas nama perusahaan (bukan atas unjuk), akan menjamin kas yang diterima oleh perusahaan masuk ke rekening giro bank perusahaan.  Pemindahbukuan juga akan memberikan jaminan penerimaan kas masuk ke rekening giro perusahaan
Masih menurut (Mulyadi, 2001:508) menjelaskan bahwa :
Di dalam sistem akuntansi pengeluaran kas, digunakannya cek atas nama akan diterima oleh pihak yang namanya tertulis dalam formulir cek.  Dengan demikian pengeluaran dengan cek menjamin diterimanya cek tersebut oleh pihak yang dimaksud oleh pembayar.
Suatu bentuk sub sistem dari Sistem Informasi Akuntansi yang akan penulis angkat dalam penulisan ini yaitu : siklus pengeluaran dalam suatu perusahaan.  Siklus pengeluaran yang ada dalam suatu perusahaan biasanya terdiri atas sistem pembelian, sistem pembayaran utang/ sistem pengeluaran kas dan sistem pengeluaran kas dan sistem penggajian.  Ketiga sistem ini merupakan bentuk kegiatan bisnis yang ada dalam  sutau perusahaan disamping sistem-sistem lainnya.
Dalam sistem pembelian diakui adanya kebutuhan untuk membeli persediaan fisik dan melakukan pemesanan dengan pemasok.  Ketika barang diterima, sistem pembelian mencatat peristiwa tersebut dengan menambaha persediaan dan membentuk akun utang dagang untuk dibayar pada tanggal yang ditetapkan.
Dalam Sistem pengeluaran, ketika kewajiban dihasilkan dari sistem pembelian yang telah jatuh tempo, sistem pengeluaran kas mengotorisasi pembayaran tersebut, mengeluarkan data kepada pemasok dan mencatat transaksi dengan mengurangi kas dan akun utang dagang.
Sedangkan dalam Sistem Penggajian, data pemakaian tenaga kerja dari setiap pegawai dikumpulkan kemudian dilakukan penghitungan gaji bagi tiap  pegawai dan mengeluarkan cek pembayaran kepada pihak pegawai.  Karena kompleksitas akuntansi yang berkaitan dengan gaji, kebanyakan perusahaan memiliki sistem terpisah untuk pemrosesan pembayaran gaji.
Sistem akuntansi yang diterapkan pada PDAM Tirta Musi tentang penerimaan dan pengeluaran kas pada dasarnya sudah baik.  Namun masih ada kelemahan yang masih harus diperbaiki untuk mengemukakan masalah tersebut maka peneliti membuat Skripsi dengan judul, “Analisis Siklus Pengeluaran Kas Pada Perusahaan PDAM Tirta Musi Palembang. ”