Kamis, 06 Desember 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG GAWAT DARURAT RSUP MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2012

Posted by with No comments


1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian yang utama saat ini. WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa 36 juta (63 %) dari total 57 juta kematian di dunia pada tahun 2014 disebabkan oleh penyakit tidak menular, yang meliputi penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan penyakit pernafasan kronis. Penyakit tidak menular tersebut, tidak hanya terjadi pada usia tua, tapi juga terjadi pada usia muda. Negara dengan tingkat ekonomi rendah hingga menengah, 29 % dari seluruh kematian pada usia kurang dari 60 tahun disebabkan oleh penyakit tidak menular, sedangkan di negara maju adalah sebanyak 13 %. Proporsi kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular pada orang-orang yang berusia dibawah 70 tahun, paling banyak disebabkan oleh penyakit kardiovaskular (39 %), diikuti kanker (27 %), kemudian penyakit pernafasan kronis dan penyakit tidak menular lainnya (30 %), dan yang terakhir adalah diabetes (4 %).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tidak lagi menghadapi double burden diseases, tetapi triple burden diseases. Maksudnya, penyakit menular masih menjadi masalah yang tak kunjung terselesaikan, munculnya penyakit menular lama (re-emerging diseases), timbulnya penyakit baru (new-emerging diseases), dan diperparah dengan penyakit tidak menular dengan kecenderungan yang semakin meningkat.
Penyakit jantung koroner atau disebut juga dengan penyakit arteri koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersumbat atau menyempit karena endapan lipid atau lemak yang berada pada dinding arteri. Pengendapan ini terjadi secara bertahap dan perlahan-lahan. Pengendapan atau penumpukan ini disebut dengan aterosklerosis yang bisa juga terjadi pada pembuluh darah lainnya, tidak hanya pada arteri koroner.
Penelitian tentang faktor risiko penyakit jantung koroner dimulai pada tahun 1948 di Kota Frammingham, yang dikenal dengan “Framingham Heart Study”, subyeknya adalah penduduk yang berusia 30-62 tahun sebanyak lima ribu orang lebih. Para ilmuan mencatat jenis kelamin, usia, beberapa parameter kimiawi darah, tekanan darah, dan kebiasaan hidup penduduk Framingham yang diperiksa secara rutin setiap 2 tahun. Tahun 1960-an, diketahuilah bahwa beberapa karakteristik pribadi, kondisi kesehatan dan kebiasaan hidup subyek penelitian merupakan faktorfaktor risiko kardiovaskular, istilah yang diungkapkan William Kannel sebagai kepala peneliti. Faktor risiko tersebut meliputi usia lanjut, jenis kelamin, riwayat penyakit, hiperkolesterol, hipertensi, diabetes mellitus dan kebiasaan merokok.  
Faktor risiko pada penyakit jantung koroner dapat dikelompokkan menjadi 2, berdasarkan bisa atau tidaknya dimodifikasi, faktor risiko yang bisa dimodifikasi (modifiable) antara lain obesitas, dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan stres, faktor yang tidak bisa dimodifikasi (nonmodifiable)  antara lain adalah umur, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga, dan ras/etnis. Selain itu, faktor risiko penyakit jantung koroner juga ada yang digolongkan menjadi faktor risiko utama (merokok, hipertensi, kolesterol, diabetes mellitus dan alkohol) dan faktor risiko tambahan (obesitas, keturunan, aktivitas fisik, umur, jenis kelamin dan stres). )
Ras atau etnis sering dihubungkan dengan kejadian penyakit jantung koroner. Etnis minangkabau diduga memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit jantung koroner, hal ini karena kebiasaan etnis minangkabau dalam mengonsumsi sari kelapa atau santan. Sari kelapa atau santan mengandung lemak total atau lemak jenuh yang cukup tinggi, sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Namun
penelitian membuktikan hal lain, bahwa konsumsi lemak total atau lemak jenuh dari sari kelapa bukanlah faktor risiko terjadinya penyakit jantung, tapi asupan makanan hewani, protein total, makanan yang mengandung kolesterol dan kurangnya karbohidrat nabati menjadi faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani, dkk. membuktikan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor yang berhubungan terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Obesitas dapat menyebabkan aterosklerosis, hipertensi, hiperlipidemia dan diabetes mellitus tipe 2.
Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa faktor lain seperti riwayat penyakit keluarga, dislipidemia, hipertensi, dan diabetes mellitus merupakan faktor yang berperan terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Faktor risiko tersebut diperparah dengan pola hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor pengetahuan atau tingkat pendidikan juga berperan pada kejadian penyakit jantung koroner, hasil penelitian membuktikan bahwa orang dengan tingkat pengetahuan yang kurang baik mempunyai risiko 2,4 kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner dibanding dengan orang dengan tingkat pengetahuan yang baik. Selain faktor risiko di atas, beberapa penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara penyakit periodontal dengan penyakit jantung koroner. Penyakit periodontal tersebut antara lain karies gigi dan oral hygiene status (status kebersihan gigi dan mulut).




Untuk lebih lengkap dapat menghubungi kami...!!


0 Reviews:

Posting Komentar

Silahkan tinggal pesan, dilarang SPAM, SARA dan Melanggar Hukum