Minggu, 07 Januari 2024

RESUME MATA KULIAH CIREBON STUDIES

Posted by with No comments

 Oleh : Sumario

Citra Cirebon pada Era Pra Islam (Hindu-Buddha)

Cirebon terletak di Pantai Barat Laut Pulau Jawa, dikenal karena kekayaan Sejarah dan warisan budayanya. Letaknya yang strategis merupakan pusat perdagangan sejak zaman dahulu, karena merupakan kota Pelabuhan penting yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera.

Cirebon era pra Islam diperintah oleh raja-raja Hindu dan Budha sejak 400 Masehi. Pada masa itu banyak pengaruh dari budaya Hindu dan Budha terutama dari budaya India.

Cirebon merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Sunda mulai Tahun 669 M,  karena pada masa itu Kerajaan Sunda mendomansi wilayah Jawa Barat selama berabad-abad.  Pada masa ini terkenal dengan seni, Bahasa dan sastranya, terjalin perdagangan dengan Cina dan India.

 

Kerajaan- Kerajaan Pra Islam,

-          Kerajaan Tarumanagara, berkembang pada abad ke 4-7 berpusat di aliran Sungai Citarum, dikenal dengan sistem irigasi pertaniannya dan dipengaruhi oleh budaya Hindu Budha India

-          Kerajaan Kalingga, muncul pada abad ke-6, terletak di bagian utara Cirebon, berkembang sebagai kekuatan perdagangan maritim, ditandai dengan tradisi pelayaran regional yang kuat.

-          Kerajaan Sunda, penguasa dominan di Jawa Barat pada abad 7-16 M, terkenal dengan seni, Bahasa dan sastranya, terlibat perdagangan dengan Cina dan India, pada masa Kerajaan ini terjadi transisi dari pengaruh Hindu Budha ke pengaruh Islam. Kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Sunda ini terjadi pada akhir Abad ke-13 akibat konflik dan penyebaran Islam.

-          Kerajaan Galuh, berkembang pada abad ke 7-13 terletak di bagian Timur Cirebon, dikenal dengan kerajinan logam dan keahliannya dalam pengerjaan logam, sangat dipengaruhi oleh unsur budaya India.

 

Kesultanan Cirebon Muncul

Islam masuk ke wilayah Cirebon pada akhir abad ke-15 ditandai dengan berdirinya kesultanan Cirebon pada awal abad ke-16. Pada masa ini terjadi penggabungan antara budaya tradisi Hindu, Budha dan Islam. Budaya dan kehidupan sehari-hari Masyarakat yaitu ditandai dengan perekonomian melalui perdagangan yang aktif dan Pelabuhan yang berkembang. Dari segi arsitektur, kuil Hindu dan Budha berdampingan dengan Masjid. Terjadi perkembangan dibidang Seni sinkretis, arsitektur, sastra, pertanian, tekstil dan kerajinan tangan.

 

Toko terkenal pada masa ini yaitu :

Prabu Siliwangi merupakan Raja Hindu terakhir Kerajaan Sunda, Pangeran Walangsungsang Pendiri Cirebon, dan Sunang Guning Jati sebagai pelopor Islam sekaligus Sultan di Cirebon,

 

Pedukuhan Tegal Alang-Alang

Sebelum berdirinya kekuasaan politik Islam dibawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati, wilayah Cirebon dapat dikelompokkan atas dua daerah yaitu daerah pesisir disebut dengan nama Cirebon Larang dan daerah pedalaman yang disebut Cirebon Girang. Lokasi Cirebon Larang tadinya merupakan kawasan hutan di wilayah Cirebon Pesisir yang biasa disebut Tegal Alang-Alang atau Lemah Wungkuk. Pada masa Raden Walangsungsang, Cirebon Larang semakin berkembang melebihi ukuran sebuah desa. Saat itu wilayahnya banyak didatangi oleh para pendatang dari berbagai suku bangsa. Semakin banyak juga penduduk Cirebon yang beralih agama dari Hindu (pengaruh Pajajaran di pantai utara Jawa khususnya di Cirebon dan sekitarnya) ke agama Islam.

Pangguron Islam Gunung Jati yang didirikan oleh Raden Walangsungsang bersama adik dan istrinya diperintahkan oleh gurunya Syekh Dzatul Kahfi untuk membuat pedukuhan (perkampungan). Daerah ini yang merupakan hutan terletak di bagian Selatan Gunung Jati. Setelah perdukuhan tersebut dibentuk diberi nama Tegal Alang-alang dan Raden Walangsungsang sebagai kepala dukuh dengan gelar Ki Kuwu dan juga dijuluki Pangeran Cakrabuana. Dalam waktu singkat Tegal Alang-alang berkembang pesat, akhirnya pedukuhan ini dinamai Caruban. Disamping itu sebagian besar warganya bekerja sebagai pembuat petis dan menangkap ikan, petis yang dibuat dari bahan air udang Bahasa Sundanya Cai rebon dan akhirnya Masyarakat menyebutnya Cirebon.

 

Peninggalan Cirebon Pra Islam

-          Seni arsitektur dan monument berupa keraton Kasepuhan, Masjid Agung Cirebon, Kompleks Candi Muara Jati, dan desa penghasil Batik.

-          Sastra dan cerita rakyat berupa Puisi kakawin kuno, pertunjukan wayang golek, fabel dan legenda, puisi klasik dan prosesnya.

-          Pengaruh pada Seni dan Estetika yaitu; Tema Hindu digambarkan dalam seni candi, Gaya Islam terlihat pada arsitektur masjid, Pola batik memadukan beragam gaya, Perpaduan eklektik dalam sastra dan musik

 

PERTEMUAN III

A.    Islam membumi di Cirebon

Sejarah Cirebon pada masa Hindu-Budha, mengelami perkembangan lebih cepat selama masa Kerajaan Sunda yang diperintah oleh  Prabu Siliwangi, selanjutnya pada masa Islam pada abad ke-16, melalui para Wali Songo seperti Sunan Gunung Jati dan Syekh Datuk Kahfi, Cirebon semakin berkembang. Pada masa Kolonisasi Belanda, Cirebon menjadi bagian dari wilayah Hindia Belanda pada abad ke-18 dan bagian dari Provinsi Jawa Barat setelah kemerdekaan Indonesia

Syekh Nurjati dan Pesantren Pesambangan Jati

Syekh Nurjati adalah seorang ahli Tasawuf  yang memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai disiplin ilmu agama Islam. Syekh Nurjati juga dikenal sebagai pendiri Pesantren Pesambangan Jati, yang menawarkan penyelidikan dan jaringan pembelajaran bagi para santrinya. Syekh Nurjati dianggap sebagai tokoh penting dalam penyebaran Islam di Cirebon dan wilayah sekitarnya, dan banyak dari pengikutnya yang terus berkembang hingga saat ini.

Pesantren Pesambangan Jati

Pesantren Pesambangan Jati didirikan oleh Syekh Nurjati sebagai pusat pembelajaran Islam, yang diperkenalkan dengan cara yang termasuk dalam budaya setempat di Cirebon Pesantren Pesambangan Jati juga menjadi pusat dimana para santri belajar Al-Quran  dan menjalankan pengamalan agama Islam dalam kehidupan mereka. Saat ini, Pesantren Pesambangan Jati telah berkembang menjadi pusat pendidikan berbasis industri, di mana para santri belajar hingga pada tingkat yang setara dengan universitas. Pesantren ini juga memiliki peran sentral dalam pengembangan Islam di Cirebon dan Indonesia. Mereka menjadi pusat pembelajaran dan penyebaran ajaran Islam. Pesantren memberikan akses pendidikan yang murah bagi para santri untuk belajar dan tumbuh dalam suasana kekeluargaan dan persaudaraan.

Pesantren Pesambangan Jati dikembangkan menjadi tempat di mana orang-orang belajar Kattrin dan Keuskupan Islam, menciptakan sejarah dan budaya yang kaya dan terus berkembang.

 

Berdirinya Keratuan Pakungwati

Pendirian Keraton Keraton Pakungwati didirikan oleh Ki Gede Pemanahan pada abad ke-

16. Keluarganya membentuk satu dari empat kelompok besar putra dan bangsawan yang

berperan di dalam Keraton. Keraton Pakungwati mendukung pengembangan kesenian dan budaya untuk memperkaya kehidupan Keraton dan rakyat Cirebon. Keraton Pakungwati mendukung pengembangan  pembelajaran, putraman dan pendidikan dari abad ke-16 hingga sekarang. Mereka juga menjadi pusat kegiatan metafisik dan kepercayaan orang Cirebon.

Peran Islam dalam Budaya Cirebon

1.      Pengaruh dalam Kesenian

Islam sangat mempengaruhi kesenian dan budaya di Cirebon, menjadikan salah satu contoh yang terkenal seni Tari Topeng yang akar-akarnya berbasis pada ritual keagamaan serta ajaran dan kisah-kisah Islami.

2.      Pengaruh dalam Makanan dan Tradisi

Bagian besar dari makanan dan tradisi Cirebon juga terpengaruh oleh ajaran Islam, menciptakan kegiatan dan acara tahunan seperti perayaan idul fitri, jika pangan dan sejenisnya.

3.      Kesamanan Melalui Pendidikan Islam

Seiring waktu, masyarakat Cirebon terus bersatu terutama melalui pendidikan Islam, yang menciptakan kesamaan di tengah keberagaman.

 

PERTEMUAN IV

Cirebon Era Syarif Hidayatullah

Perjalanan ke Tanah Jawa, Pengaruh Hindu-Buddha Berbagai pengaruh Hindu-Buddha terlihat dalam seni, arsitektur, dan kebudayaan Jawa pada zaman itu. Kedatangan Islam Islam tiba di Pulau Jawa pada abad ke-13 melalui para pedagang Muslim dan wali songo yang berdakwah. Kerajaan Majapahit memiliki pengaruh yang kuat di Jawa hingga akhirnya melemah pada abad ke-15.

 

 

Berdirinya Kerajaan Islam: Kasunanan Cirebon,

Peran Syahbandar Cirebon dalam menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha menjadi awal terbentuknya Kesultanan Cirebon.

 

Syarif Hidayatullah

Beliau seorang wali songo yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati yang menjadi pelopor penyebaran agama Islam dan mendirikan Kesultanan Cirebon. Peran Syahbandar Cirebon dalam menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan kerajaan Hindu-Buddha menjadi awal terbentuknya Kesultanan Cirebon. seorang  wali songo, menjadi pelopor penyebaran agama Islam dan mendirikan Kesultanan Cirebon.

Penobatan Sunan

Gunung JatiSunan Gunung Jati, salah satu wali songo, dinobatkan sebagai raja pertama Kasunanan Cirebon oleh raja Pajajaran. Penobatan Panetep Panatagama Rasul rat Sundabhumi. Pengakuan Kesultanan Cirebon oleh Kesultanan Demak sebagai salah satu  pusat Islam di Jawa. Pengakuan Kesultanan Banten terhadap Kesultanan Cirebon sebagai pemimpin agama Islam di Jawa Barat.

Perkembangan Agama dan Kebudayaan

Bukti-bukti kejayaan pada era Syekh Syarif Hidayatullah di Cirebon, selain terlihat dari sisi keagamaannya yang bersifat rohaniah seperti penyebaran Islam. Penyebaran agama Islam dan perkembangan budaya Islam di  wilayah Cirebon. Wangsa Badug menjadi pewaris kepemimpinan Kasunanan Cirebon setelah wafatnya Sunan Gunung Jati.

Pembagian wilayah  Kasunanan Cirebon  menjadi tiga wilayah: Kacirebonan, Kaprabonan, dan  Kanoman. Peninggalan seni dan arsitektur Kasunanan Cirebon yang terkenal, seperti Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.

Kasunanan Cirebon menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Hubungan yang erat antara Kasunanan Cirebon dan Kesultanan Banten dalam hal politik dan perdagangan. Pengaruh-pengaruh budaya luar yang masuk ke Cirebon melalui perdagangan dan hubungan dengan kesultanan-kesultanan lainnya. Kasunanan Cirebon sebagai Pusat Kebudayaan dan Agama Islam, Kasunanan Cirebon menjadi pusat pengembangan sastera  dalam bahasa Jawa.  Keseniaan Tradisional Keberagaman kesenian tradisional Cirebon yang

merupakan hasil  perpaduan budaya Jawa, Sunda, dan Islam.

Sumbangan Kasunanan Cirebon untuk  Peradaban Nusantara yaitu Pembinaan Agama dan Budaya, Peran Kasunanan Cirebon dalam penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah di Nusantara. Perdagangan dan Ekonomi Kesultanan Cirebon menjadi pusat perdagangan dan meraih  kemakmuran ekonomi di masa lalu.

Petatah petitih Sunan Gunung Jati,

Petatah petitih tersebut berisi ajaran dan filosofi yang didasarkan pada agama Islam sebagai

panduan dalam menjalani  kehidupan sehari-hari. Sunan Gunung Jati dengan gigihnya menyebarkan pesan-pesan kebaikan, menyuarakan kebenaran, dan berjuang melawan segala bentuk  ketidakadilan.  Beliau mengajarkan pentingnya hidup sederhana, menghargai alam, dan menjaga keselarasan antara manusia dengan lingkungannya.

 

Menjangan Wulung dan Adzan Pitu di Masjid Agung Sang Ciptarasa,

Menjangan Wulung adalah seorang pahlawan legendaris yang ceritanya terkenal dalam seni tari, sastra, dan seni rupa. Kisahnya berlatar belakang hutan yang mempesona, tempat Menjangan Wulung menjalani petualangannya dalam menghadapi musuh dan menggapai cita-citanya.

Adzan Pitu di Masjid Agung Sang Ciptarasa

Adzan Pitu dirayakan di Masjid Agung Sang Ciptarasa, saat tujuh muadzin berkumpul dan

bersama-sama mengumandangkan azan pada waktu yang sama. Suara azan yang merdu dan harmonis menciptakan suasana sakral, menggetarkan hati  dan membawa kedamaian kepada seluruh umat Muslim yang hadir. Adzan Pitu melambangkan kesatuan, persatuan, dan keharmonisan antara umat Muslim  di Cirebon.

Nyi Mas Gandasari merupakan seorang pahlawan nasional yang gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan semangat perlawanan pada masa penjajahan. Beliau melambangkan kekuatan dan semangat masyarakat Cirebon dalam mempertahankan identitas budaya dan melawan penjajah. Peran Fatahillah dalam sejarah Jayakarta, Fatahillah memimpin pasukan melawan penjajah Portugis dan berhasil merebut istana Sunda Kelapa, menjadikannya Jayakarta.Beliau mengembangkan kota,  membangun infrastruktur, dan

menjadikan Jayakarta sebagai salah  satu pusat perdagangan dan  kebudayaan di Nusantara.

Nama Fatahillah tetap hidup dalam sejarah Jakarta sebagai pahlawan yang berjasa dalam membangun dan menjaga identitas serta keberlanjutan Kota Jakarta yang kita cintai saat ini

 

 

 

 

PERTEMUAN V

Cirebon Era Penerus Syarif Hidayatullah

Pada masa pemerintahan Syarif Hidayatullah, Cirebon menjadi pusat perdagangan yang penting di wilayah Jawa Barat. Selain itu, Syarif Hidayatullah juga dikenal sebagai tokoh yang memperkenalkan agama Islam di Cirebon dan berhasil mengislamkan banyak penduduk setempat. Selain keberhasilannya dalam memperkenalkan Islam, Syarif Hidayatullah juga dikenal karena kemampuannya dalam mempertahankan kemerdekaan Cirebon dari serangan bangsa Portugis dan Belanda. Ia merupakan sosok yang sangat dihormati oleh masyarakat Cirebon hingga saat ini.

Era Kapanembahan

Era Kapanembahan merupakan kejayaan Cirebon pada abad ke-15 hingga awal abad ke-16. pada masa ini, terjadi perkembangan pesat di bidang seni, budaya, dan agama. Salah satu tokoh penting pada masa ini adalah Kapanembahan yang merupakan raja pertama Kesultanan Cirebon. Ia berhasil mempersatukan wilayah Cirebon dan membentuk sebuah kerajaan yang kuat. Selain itu, pada masa Kapanembahan juga terjadi perkembangan seni dan budaya yang sangat pesat. Seni ukir kayu dan batik menjadi semakin popular dan banyak digunakan sebagai hiasan pada bangunan dan pakaian. Di bidang agama, Islam semakin berkembang dan banyak dibangun masjid-masjid yang indah dan megah.

Berdirinya Kesultanan Kasepuhan dan Kanoman, Pangeran Wangsakerta dan Gotrasawala,

Kasepuan dipimpn oleh Pangeran Martawijaya selanjutnya disebut sultan sepuh dan dengan gelar Pangeran Syamsudin. Kanoman dipimpin oleh Pangeran Kartawijaya  selanjutnya disebut Sultan Anom dan dengan gelar Pangeran Badrudin dan  Pangeran Wangsakerta selanjutnya disebut Panembahan (tanpa mempunyai wilayah dan keraton).

Kasepuhan dan Kanoman memiliki perbedaan dalam hal pemerintahan, budaya dan agama. Kasepuhan dikenal sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan, sementara Kanoman lebih focus pada pengembangan seni dan tradisi Islam. Meskipun demikian, kedua kesultanan ini saling berhubungan dan bekerja sama dalam menghadapi ancaman dari luar.

Dalam tahun 1677 M. di Keraton Kasepuhan pernah diadakan mapulung rahi (silaturahmi kekeluargaan) dan gotrasawala (musyawarah) Para ahli sejarah dari seluruh nusantara. Musyawarah tersebut diadakan, atas permintaan sultan kasepuhan dan sultan kanoman, untuk melaksanakan amanat Panembahan Girilaya kepada Pangeran wangsakerta. Agar ia

menyusun sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara (Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara). Pelaksanaannya, mendapat restu dari Susuhunan Banten (Sultan Ageng Tirtayasa) dan Susuhunan.

Dominasi VOC,

Pada masa dominasi VOC di Cirebon, banyak penduduk setempat yang mengalami kesulitan ekonomi dan social. VOC memonopoli perdagangan rempah-rempah dan memaksa penduduk untuk bekerja sebagai buruh atau petani tanaman komoditas tertentu. Hal ini menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan.

Selain itu, VOC juga memperkenalkan system pemerintahan yang berbeda dengan tradisi local. Mereka menempatkan seorang gubernur yang berasal dari Belanda untuk memimpin wilayah tersebut. Hal ini menimbulkan ketidak puasan dikalangan penduduk setempat dan memicu perlawanan terhadap VOC. Salah satu bentuk perlawanan yang dilakukan adalah dengan membentuk Pengguron Kaprabonan, sebuah organisasi rahasia yang bertujuan untuk melawan kekuasaan VOC dan mempertahankan tradisi local.

Berdirinnya Pengguron Kaprabonan,

Pengguron keprabonan memiliki misi rahasia yaitu menggulingkan kekuasaan VOC di Cirebon, pada masa itu keprabonan mengalami "vacuum of power" / kekosongan kekuasaan sehingga memicu pergolakan internal kesultanan pada masa itu. Disinilah VOC mulai melancarkan strategi adu domba dan ikut campur yang disambut baik oleh Nyi Mas Ibu (permaisuri ketiga) yang menginginkan putra hasil hubungan gelap yaitu Pangeran Manduraredja sebagai Sultan Kanoman II. para bangsawan tidak setuju apabila anak yang mereka anggap haram menduduki tahta. Maka bangsawan y Kaprabonan membentuk sebuah kelompok rahasia yang dipimpin oleh Pengguron Kaprabonan, yaitu terdiri pejabat tertinggi di istana. Mereka merencanakan konspirasi untuk membunuh Sultan Kanoman II dan Nyi Mas Ibu. lagi-lagi usaha ini gagal karena ada mata-mata dari penghianat dalam kelompok ini. Hasilnya VOC menangkap dan menghukum mati anggota Pengguron kaprabonan ini.

Kebangkitan Santri dan Berdirinya Pondok Pesantren,

Pada masa penjajahan Belanda, pendidikan Islam di Cirebon mengalami kemunduran yang signifikan. Namun, pada awal abad ke-20, terjadi kebangkitan santri yang mengarah pada berdirinya pondok pesantren sebagai pusat pembelajaran agama Islam. Para ulama dan tokoh masyarakat lokal memainkan peran penting dalam memperjuangkan kembali nilai-nilai ke Islaman di Cirebon.

Pondok pesantren yang didirikan pada masa itu menjadi sarana bagi para santri untuk mempelajari agama Islam dengan lebih mendalam. Selain itu, pondok pesantren juga menjadi tempat untuk mempertahankan budaya lokal Cirebon, seperti seni tari topeng Cirebon dan kesenian wayang golek. Kini, pondok pesantren di Cirebon masih tetap eksis dan menjadi bagian penting dari kehidupan Masyarakat setempat.


0 Reviews:

Posting Komentar

Silahkan tinggal pesan, dilarang SPAM, SARA dan Melanggar Hukum