Rabu, 01 Februari 2012

Trauma Kimia

Posted by with No comments

TRAUMA KIMIA 
A.    Latar Belakang
Trauma kimia merupakan  tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi
Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema  di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan di Indonesia. Disamping pemberian obat, penerapan proses keperawatan yang tepat memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan dan pencegahan, guna mengurangi angka kesakitan.Dalam menangani kasus ini, selain penatalaksanaan pengobatan oleh tim medik. Pengetahuan dan pengenalan yang lebih jauh tentangkasus Trauma kimia ini. Tidak kalah pentingnya yang dapat menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan dalam rangka mengurangi angka kejadian dari kasus ini.
Trauma bahan kimia pada mata baik asam maupun basa merupakan salah satu kegawat daruratan di bidang oftalmologi dan sering terjadi pada orang ,muda. Penyebab trauma kimia asam terutama adala'h asam sulfat (H2SO4) dan asam, klorida (HCI) yang sering digunakan sebagal bahan pembersih Iantai dan keramik. Berbedd dengan basa, asam cenderung menyebabkan kerusakan yang lebih ringan karena protein kornea akan bereaksi dengan asam dan terjadi presipitasi pada permukaan kornea yang dapat mencegah penetrasi zat kimia ke jaringan mata yang lebih dalam.
Walaupun demikian asam kuat seperti asam sulfat dapat menyebabkan kerusakan yang cukup berat. Hal ini disebabkan trauma asam berat dapat merusak badan silier dan terjadi penurunan kadar askorbat dalam cairan mata dan kornea. Penatalaksanaan trauma kimia asam masih terus berkembang. Setelah dilakukan irigasi permukaan mata secara intensif untuk menghilangkan bahan kimia yang tersisa di permukaan mata; dilakukan pengobatan lebih lanjut untuk mempercepat epitelialisasi kornea,  mempercepat pembentukan kolagen, memperkecil terjadinya ulserasi akibat aktivitas kolagenase yang berlebihan, dan mengendalikan inflamasi yang terjadi. Proses reepitelialisasi kornea dapat dibantu secara medikamentosa maupun tindakan bedah. Secara medikamentosa dapat berupa pemberian cairan lubrikasi tanpa pengawet secara intensif, penggunaan lensa kontak bebat (bandage contact lenses), pemberian faktor pertumbuhan (misal fibronektin atau pemberian serum autologus), asam retinoat dan hyaluronat.2 Sodium hyaluronat selain digunakan sebagai alat bantu pada operasi intraokular dalam perkembangannya bahan ini dipakai pada operasi segmen anterior untuk membentuk bilik mata depan, memisahkan jaringan satu dengan yang lain, serta melindungi jaringan intraokular terutama endotel kornea selama proses pembedahan intraokular. Akhir-akhir ini penggunaan sodium hyaluronat meluas pada penggunaan topikal, terutama pada kasus mata kering. Pemberian sodium hyaluronat 0,1% topikal sebanyak 4-5 kali sehari terbukti mampu memperbaiki gejala dan proses epitelialisasi epitel kornea pada sindroma mata kering.


Efektivitas Penggunaan Dental Floss untuk Mengurangi Peradangan Gusi pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Alang

Posted by with 2 comments
Jurnal Penelitian

Joko Suripto (2012)  Efektivitas Penggunaan Dental Floss untuk Mengurangi Peradangan Gusi pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas  Tegal Alang.


Benang gigi tanpa lilin dan lilin dievaluasi klinis cukup efektivitas dalam mengurangi inflamasi gingiva.  Kesehatan mulut dan gigi ibu hamil sebaiknya mendapat perhatian yang serius, bahkan sejak sebelum menikah. Hal ini mengingat dampak yang ditimbulkan dapat berpengaruh terhadap kehamilan. Salah satu kepedulian tentang kesehatan gigi ibu hamil adalah dengan menyebarluaskan informasi bagaimana merawat gigi dengan benar sejak sebelum hamil dan saat kehamilan.Sikat gigi merupakan cara membersihkan gigi yang cukup konvensional dan sangat dikenal masyarakat luas. Dalam memilih sikat gigi, yang perlu diperhatikan sebaiknya dengan memilih sikat gigi berpegangan yang nyaman dan kuat, bulu sikat yang lembut dan membulat, serta kepala sikat yang sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau daerah terdalam dari rongga mulut.Berdasarkan pertimbangan efektifitas, jelas membersihkan gigi dengan dental flossing lebih efektif. Namun, dengan keunggulan penggunaan pasta gigi yang dapat memberikan tambahan kandungan fluoridanya, maka kombinasi dari keduanya akan dapat memberikan nilai tambah.
Rancangan penelitian ini termasuk observational dengan jenis penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan one group test. Besar sampel penelitian yaitu 128 orang, pengambilan unit analisis sampel dilakukan secara systematic random sampling. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 55,4% responden mengalami peradangan gusi sedangkan sisanya 44,6% tidak mengalami peradangan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t diperoleh nilai p-value = 0,0033 yang menunjukan bahwa penggunaan Dental floss pada ibu hamil cukup efektif untuk mengurangi terjadinya peradangan pada gusi.





Dispepsia

Posted by with No comments

DISPEPSIA ....
A.    Latar Belakang
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. (Arif Mansjoer, 2000 ; 488). Dispepsia merupakan suatu kompleks gejala dari keluhan abdomen kronik, biasanya berupa nyeri epigastrium, seringkali nyeri ulu hati, kembung, sendawa, dan terkadang mual dan muntah. (Wash Declan, 1979 ; 121). Dispepsia adalah keluhan yang berhubungan dengan makan atau keluhan yang oleh pasien ataupun dokternya dikaitkan dengan gangguan saluran cerna bagian atas (Sudoyo, Aru. W, 2006 ; 354).
Menurut hasil penelitian yang dikemukakan di Inggris dan skandinavia bahwa prevalensi dispepsia berkisar 7-41 %. Tetapi,  hanya 10-20 % yang mencari pertolongan medis, Di asia pasifik, penyakit ini memiliki prevalensi berkisar antara 10-20 % (Kusumohebroto H, 2003). Berdasarkan catatan medikal record Dr. Wahidin Sudirohusodo bahwa penderita dispepsia yang dirawat di ruang interna  pada tahun 2005 berjumlah 576 orang, dimana jumlah laki-laki berjumlah 224 orang dan perempuan 352 orang, sedangkan pada tahun 2006 periode Januari sampai dengan Agustus berjumlah 239 yang mana penderita laki-laki berjumlah 39 orang dan perempuan 146 orang. Melihat prevalensi yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapatkan perawatan yang serius, karena penyakit dyspepsia dapat menimbulkan masalah keperawatan aktual maupun resiko yang berdampak pada penyimpangan kebutuhan dasar manusia (KDM) seperti gangguan rasa nyaman nyeri, nutrisi kurang dari kebutuhan, perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit serta kecemasan.
Dyspepsia atau seperti yang seringkali dirujuk oleh dokter, non ulcer dyspepsia atau dyspsia tidak berborok adalah satu dari penyakit-penyakit (ringan) yang paling umum dari dari usus-usus, mempengaruhi dari suatu perkiraan dari 20% dari dari orang-orang di Amerika. Mungkin hanya 10% dari mereka yang terpengaruh sebenarnya mencari perhatian medis untuk dyspepsia. Dyspepsia  bukanlah suatu istilah yang terpengaruh baik untuk penyakit ringan karena ia menyiratkan bahwa ada dyspepsia atau pencernaan yang abnormal dan ini kemungkinan besar adalah bukan kasusnya. Sesungguhnya nama lain untuk dyspepsia adalah gangguan pencernaan (indigestion) yang untuk sebab yang sama adalah tidak lebih baik daripada istilah dyspepsia. (http/www.total kesehatan nanda.com/d8/05/13/dyspepsia/,diakses tanggal 02/09/2009). 



Hubungan Pengetahuan, pendidikan, dan sikap ibu dengan penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat di paviliun T RS Ktk

Posted by with No comments




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa yang menakutkan pada kebanyakan orang tua karena kejadiannya yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak tahu harus berbuat apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >380C) yang disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang orang tua khawatir jika anaknya panas, apakah nanti akan kejang atau tidak. Dari penelitian, kejadian kejang demam sendiri tidaklah terlalu besar yaitu sekitar 2-4 %, artinya dari 100 anak dengan demam ada sekitar 2-4 yang mengalami kejang. Kejang demam terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan terbanyak terjadi pada usia 17-23 bulan. Kejang demam anak perlu diwaspadai karena kejang yang lama (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian, kerusakan saraf otak sehingga menjadi epilepsi, kelumpuhan bahkan retardasi mental. (www. Mardiati, tanggal 12 agustus 2008).
Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tidak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan anak tambah parah kesalahan orang tua adalah kurang tepat dalam menangani kejang demam itu sendiri yang kemungkian terbesar
adalah disebabkan karena kurang pengetahuan orang tua dalam menangani kejang             demam.(www. Published, 17 Februari 2010).
Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan para orang tua dalam mengatasi kejang demam pada anak sebelum selanjutnya membawa anak mereka ke rumah sakit. Antara lain seperti beri obat penurun panas apabila suhu anak melewati angka 37,5ºC, kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil). Jangan kompres dengan air dingin, karena dapat menyebabkan “korsleting”/ benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh si kecil dengan kompres dingin tadi, agar si kecil tidak cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak.  Tidak perlu menahan mulut si kecil agar tetap terbuka dengan mengganjal/ menggigitkan sesuatu di antara giginya.
Miringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan muntahnya sendiri yang bisa mengganggu pernapasannya. Jangan memberi minuman/ makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak, apabila keadaan anak sudah mulai stabil bawa anak ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan selanjutnya. (www. Wordpress, 08November 2010).                                        
 Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73).
Kejadian kejang demam diperkirakan 2 - 4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam komplek. Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam komplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari 1 kali kejang demam dalam 24 jam. (Arif Mansjoer, 2000).
Masloman dkk pada tahun 1997-2001 di RSUP Manado mendapatkan 327 penderita kejang demam dengan usia terbanyak 2-4 tahun. Eka dkk pada tahun 1999-2001 di RS Moh. Hoesin Palembang mendapatkan 429 penderita kejang demam, terutama pada usia 12-17 bulan.(www. Wordpress, 08 November 2010).
Dari studi pendahuluan pada tanggal 12 Mei 2010, pada tahun 2009 bayi yang terkena kejang pada usia 1 sampai 3 tahun berjumlah 231 orang dan anak yang terkena demam berjumlah 102 orang. Bayi yang terkena kejang pada usia 1-5 tahun berjumlah 294 orang dan yang terkena demam berjumlah 178 orang. Tahun 2010 pada bulan Januari sampai bulan April, bayi yang terkena kejang pada usia 1-3 tahun berjumlah 79 orang dan yang terkena demam berjumlah 31 orang. Bayi yang terkena kejang pada usia 1-5 tahun berjumlah 101 orang dan yang terkena demam berjumlah 56 orang.
Berdasarkan uraian diatas dan terjadinya peningkatan angka kejadiaan kejang demam, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang hubungan pengetahuan, pendidikan, dan sikap ibu dengan penanganan  kejang demam pada balita sebelum dirawat di paviliun Theresia RS. RK Charitas Palembang tahun 2010.
B.     Perumusan Masalah
Karena masih banyaknya ibu-ibu yang kurang tahu dalam penanganan pertama pada kejang demam dan tingginya angka kejadian kejang demam di RS. RK Charitas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Pengetahuan, pendidikan, dan sikap ibu dengan penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat di paviliun Theresia RS. RK Charitas Palembang Tahun 2010. ”
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, dan sikap ibu Dengan Penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat di paviliun Theresia RS. RK Charitas Palembang Tahun 2010.”
2.      Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan pada ibu dengan penanganan  kejang demam pada balita sebelum dirawat.
b.      Untuk mengidentifikasi gambaran sikap pada ibu dengan penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat.
c.       Untuk mengidentifikasi gambaran pendidikan pada ibu dengan penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat.
d.      Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan pada ibu dalam penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat.
e.       Untuk mengidentifikasi hubungan sikap pada ibu dalam penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat.
f.       Untuk mengidentifikasi hubungan pendidikan pada ibu dalam penanganan kejang demam pada balita sebelum dirawat.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti terutama dalam metodologi penelitian dan penerapan proses keperawatan guna mengatasi masalah penyakit kejang demam pada balita, serta penginformasian yang tepat guna kepada orang tua dalam mengatasi masalah penyakit kejang demam pada balita.
2.      Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut mengenai pentingnya penerapan proses keperawatan guna mengatasi masalah penyakit kejang demam pada balita.

3.      Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan masukan kepada institusi Pendidikan khususnya pengetahuan dibidang keperawatan anak tentang pentingnya penerapan mengenai proses keperawatan guna mengatasi masalah penyakit kejang demam pada balita.
4.      Basgi Perawat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perawat untuk menyusun upaya-upaya yang sesuai dalam mengatasi kejang dan berperan serta pada penerapan proses keperawatan guna mengatasi masalah penyakit kejang demam pada balita.
5.      Bagi orang tua
Meningkatkan keterampilan orang tua yang akan memungkinkan para orang tua untuk mempunyai pengetahuan bagaimana penanganan pertama  pada balita yang terserang kejang demam, sebelum balita tersebut dibawa ke rumah sakit.
E.     Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Keperawatan Anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan, pendidikan, dan Sikap Ibu dengan penanganan  Kejang Demam pada balita sebelum dirawat di Paviliun Theresia RS. RK. Charitas Palembang pada bulan Juni  tahun 2010”
F.     Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN,yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,  manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, yang terdiri dari definisi pengetahuan, tingkatan pengetahuan, factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, definisi sikap, komponen pokok sikap, berbagai tingkatan sikap, cara pengukuran sikap, definisi kejang demam, anatomi fisiologi kejang demam, etiologi kejang demam, patofisiologi kejang demam, manifestasi klinik kejang demam, klasifikasi kejang demam, komplikasi kejang demam, penatalaksanaan medis kejang demam.
BAB III KERANGKA KONSEP, yang terdiri dari kerangka konsep penelitian, definisi operasional, hipotesis.
BAB IV METODE PENELITIAN, yang terdiri dari jenis penelitian, tempat/ lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data, jadwal penelitian, etika penelitian.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang terdiri dari gambaran umum RS. RK. Charitas, gambaran umum Paviliun Theresia RS. RK. Charitas, dan Pembahasan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
semuanya gratisssssss!!!

Hiperemesis Gravidarum

Posted by with No comments

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
KONSEP DASAR MEDIK
A.    PENGERTIAN
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998)
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232).
Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112).

B.  ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan : ( Rustan Mochtar, 1998 )
1.Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
2.Faktor Psikologik. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
3.Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.

Demam Berdarah Dengue

Posted by with No comments

DEMAM BERDARAH DENGUE


A.    Konsep Dasar Medik
1.   Pengertian
Dengue Hemorraghic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan sering kali menyebabkan kematian bagi penderita (Christanti Effendy, 1995).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan renjatan (syok) yang dapat mengakibatkan kematian penderita. Penyebabnya adalah virus dengue dan penularannya terjadi melalui gigitan nyamuk aedes (Soedarto, 1996)
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Puncak kasus DBD terjadi pada musim hujan yaitu bulan Desember sampai dengan Maret (Masjoer Arif, 2001)
Dengue haemorraghic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak (Nursalam, 2005).



  1. Anatomi Fisiologi

sel-darah-manusia.gif


Gambar : Jenis-jenis sel darah (sumber : Brunner and Suddarth , 2001, hal. 926.

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap, tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 yang ada di dalam darah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 4 – 5 liter. Kekentalan darah lebih kental dari air yaitu mempunyai BD 1.041 – 1.061 dengan temperature 380C dan pH 7.37 – 7.45 (Syaifuddin, 1994).

Fungsi darah terdiri atas :
a.       Sebagai alat pengangkut
1)      Mengambil O2 / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
2)      Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
3)      Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan / alat tubuh.
4)      Mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b.      Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi dan zat-zat anti racun.
c.       Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

Bagian-bagian darah
  1. Air : 91 %
  2. Protein : 3 % (albumen, globulin, protombin, dan fibrinogen)
  3. Mineral : 0.9 % (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium dan zat besi)
  4. Bahan organik : 0.1% (Glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino.

Darah terdiri dari dua bagian
  1. Sel-sel darah ada 3 macam....

Kanker Kolon

Posted by with No comments

TINJAUAN TEORI

A.    KONSEP DASAR MEDIK
1.      Definisi
Kanker merupakan penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. (www.google.com )
Kanker kolon merupakan penyebab ke tiga dari semua kematian akibat kanker baik pada pria maupun pada wanita.Tumor dapat berupa massa polipoid besar, yang tumbuh kedalam lumen dan dengan cepat meluas kesekitar usus sebagai cincin anular.
            ( Price, Sylvia Anderson.1994 )
Kanker kolon adalah kanker interna paling banyak terjadi di Negri ini. Lokasi yang paling umum adalah area rectrosigmoid, rectum dan cecum. Insiden puncak kanker colorectal terjadi pada pasien berusia 50-60 tahun.
            ( reeves, Charlene J. 2001 )
 Tumor colon dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu polip kolon dan kanker kolon.(polip adalah tonjolan diatas permukaan mukosa. Polip kolon dapat dibagi dalam tiga tipe yaitu neoplasma epithelium, nonneoplasma dan submukosa.makna klinis yang penting dari polip ada dua yaitu pertama kemungkinan mengalami transformasi menjadi kanker kolorektal dan dengan tindakan pengangkatan polip kanker kolon dapat dicegah.
            ( Aru , W Sudoyo. 2006 ) 
baca / download file ini selengkapnya disini