Rabu, 01 Februari 2012

Trauma Kimia

Posted by with No comments

TRAUMA KIMIA 
A.    Latar Belakang
Trauma kimia merupakan  tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi
Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema  di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan di Indonesia. Disamping pemberian obat, penerapan proses keperawatan yang tepat memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan dan pencegahan, guna mengurangi angka kesakitan.Dalam menangani kasus ini, selain penatalaksanaan pengobatan oleh tim medik. Pengetahuan dan pengenalan yang lebih jauh tentangkasus Trauma kimia ini. Tidak kalah pentingnya yang dapat menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan dalam rangka mengurangi angka kejadian dari kasus ini.
Trauma bahan kimia pada mata baik asam maupun basa merupakan salah satu kegawat daruratan di bidang oftalmologi dan sering terjadi pada orang ,muda. Penyebab trauma kimia asam terutama adala'h asam sulfat (H2SO4) dan asam, klorida (HCI) yang sering digunakan sebagal bahan pembersih Iantai dan keramik. Berbedd dengan basa, asam cenderung menyebabkan kerusakan yang lebih ringan karena protein kornea akan bereaksi dengan asam dan terjadi presipitasi pada permukaan kornea yang dapat mencegah penetrasi zat kimia ke jaringan mata yang lebih dalam.
Walaupun demikian asam kuat seperti asam sulfat dapat menyebabkan kerusakan yang cukup berat. Hal ini disebabkan trauma asam berat dapat merusak badan silier dan terjadi penurunan kadar askorbat dalam cairan mata dan kornea. Penatalaksanaan trauma kimia asam masih terus berkembang. Setelah dilakukan irigasi permukaan mata secara intensif untuk menghilangkan bahan kimia yang tersisa di permukaan mata; dilakukan pengobatan lebih lanjut untuk mempercepat epitelialisasi kornea,  mempercepat pembentukan kolagen, memperkecil terjadinya ulserasi akibat aktivitas kolagenase yang berlebihan, dan mengendalikan inflamasi yang terjadi. Proses reepitelialisasi kornea dapat dibantu secara medikamentosa maupun tindakan bedah. Secara medikamentosa dapat berupa pemberian cairan lubrikasi tanpa pengawet secara intensif, penggunaan lensa kontak bebat (bandage contact lenses), pemberian faktor pertumbuhan (misal fibronektin atau pemberian serum autologus), asam retinoat dan hyaluronat.2 Sodium hyaluronat selain digunakan sebagai alat bantu pada operasi intraokular dalam perkembangannya bahan ini dipakai pada operasi segmen anterior untuk membentuk bilik mata depan, memisahkan jaringan satu dengan yang lain, serta melindungi jaringan intraokular terutama endotel kornea selama proses pembedahan intraokular. Akhir-akhir ini penggunaan sodium hyaluronat meluas pada penggunaan topikal, terutama pada kasus mata kering. Pemberian sodium hyaluronat 0,1% topikal sebanyak 4-5 kali sehari terbukti mampu memperbaiki gejala dan proses epitelialisasi epitel kornea pada sindroma mata kering.


0 Reviews:

Posting Komentar

Silahkan tinggal pesan, dilarang SPAM, SARA dan Melanggar Hukum