A. Latar Belakang
Trauma kimia merupakan tindakan sengaja
maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat
darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi
Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia,
bahkan menjadi problema di negara-negara
yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena faktor
lingkungan di Indonesia. Disamping pemberian obat, penerapan proses keperawatan
yang tepat memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan dan
pencegahan, guna mengurangi angka kesakitan.Dalam menangani kasus ini, selain
penatalaksanaan pengobatan oleh tim medik. Pengetahuan dan pengenalan yang lebih jauh tentangkasus Trauma kimia ini. Tidak kalah pentingnya yang dapat menjadi pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan dalam rangka mengurangi angka kejadian dari kasus ini.
Trauma bahan kimia pada mata baik asam maupun basa
merupakan salah satu kegawat daruratan di bidang oftalmologi dan sering terjadi
pada orang ,muda. Penyebab trauma kimia asam terutama adala'h asam sulfat (H2SO4) dan asam, klorida (HCI) yang sering
digunakan sebagal bahan pembersih Iantai dan keramik. Berbedd dengan basa, asam
cenderung menyebabkan kerusakan yang lebih ringan karena protein kornea akan
bereaksi dengan asam dan terjadi presipitasi pada permukaan kornea yang dapat
mencegah penetrasi zat kimia ke jaringan mata yang lebih dalam.
Walaupun demikian asam kuat seperti asam sulfat dapat
menyebabkan kerusakan yang cukup berat. Hal ini disebabkan trauma asam berat
dapat merusak badan silier dan terjadi penurunan kadar askorbat dalam cairan
mata dan kornea. Penatalaksanaan trauma kimia asam masih terus berkembang. Setelah dilakukan
irigasi permukaan mata secara intensif untuk menghilangkan bahan kimia yang
tersisa di permukaan mata; dilakukan pengobatan lebih lanjut untuk mempercepat
epitelialisasi kornea, mempercepat
pembentukan kolagen, memperkecil terjadinya ulserasi akibat aktivitas kolagenase yang
berlebihan, dan mengendalikan inflamasi yang terjadi. Proses reepitelialisasi
kornea dapat dibantu secara medikamentosa maupun tindakan bedah. Secara
medikamentosa dapat berupa pemberian cairan lubrikasi tanpa pengawet
secara intensif, penggunaan lensa kontak bebat (bandage
contact lenses), pemberian faktor pertumbuhan (misal fibronektin atau pemberian
serum autologus), asam retinoat dan hyaluronat.2 Sodium hyaluronat selain
digunakan sebagai alat bantu pada operasi intraokular dalam perkembangannya
bahan ini dipakai pada operasi segmen anterior untuk membentuk bilik mata
depan, memisahkan jaringan satu dengan yang lain, serta melindungi jaringan
intraokular terutama endotel kornea selama proses pembedahan intraokular.
Akhir-akhir ini penggunaan sodium hyaluronat meluas pada penggunaan topikal,
terutama pada kasus mata kering. Pemberian sodium hyaluronat 0,1% topikal
sebanyak 4-5 kali sehari terbukti mampu memperbaiki gejala dan proses
epitelialisasi epitel kornea pada sindroma mata kering.
0 Reviews:
Posting Komentar
Silahkan tinggal pesan, dilarang SPAM, SARA dan Melanggar Hukum