|
A. Latar Belakang Masalah
Kelenjar prostat adalah organ
tubuh pria yang paling sering mengalami pembesaran, baik jinak maupun ganas.
Pembesaran prostat jinak merupakan penyakit tersering kedua di klinik urologi
di Indonesia setelah batu saluran kemih. Penyakit ini juga dikenal sebagai Benigna
Prostate Hyperplasia (BPH), dimana kelenjar periuretral mengalami
hyperplasia, sedangkan jaringan prostat asli terdesak ke perifer menjadi kapsul
bedah.
Berdasarkan angka autopsi perubahan
mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini terus berkembang akan terjadi perubahan patologik
anatomik. Pada lelaki 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80
tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut di atas akan menyebabkan
gejala dan tanda klinis (Wimde Jong. 2004).
Para
penderita BPH, jika tidak segera di tangani akan menimbulkan berbagai
komplikasi. yang sangat berbahaya. Selain itu gangguan prostat selanjutnya
dapat mengakibatkan timbulya kanker prostat yang merupakan salah satu bentuk
penyakit yang dapat mengakibatkan kematian.
Berbagai
bentuk penatalaksanaan penderita BPH juga memiliki resiko yang tak kalah
pentingnya untuk di perhatikan, karena pada ummnya penderita BPH di indikasikan
untuk menjalani pembedahan yang mempunyai dampak pada status kesehatannya.
|
Setelah operasi ditempatkan suatu bahan
hemostatik pada fosa prostat dan urin akan dialirkan dengan kateter foley atau
pipa cytostomy. Hemoragi dan infeksi merupakan komplikasi utama yang harus di
waspadai setelah pembedahan.
Di amerika
serikat setiap tiga menit terdapat satu penderita baru kanker prostat. Meskipun
di Asia masih terbilang rendah, kanker prostat tidak dapat dianggap remeh (Male
Emporium, juni 2005).
Di
Palembang khususnya Rumah Sakit RK. Chadownload lengkap disini
terimakasih informasinya, lengkap dan membantu sekali
BalasHapus