STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SENAM OSTEOPOROSIS
LABORATORIUM KEPERAWATAN KOMUNITAS
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MAL
Pengertian Olahraga atau aktivitas fisik yang dapat meningkatkan kepadatan min pada tulang, atau mengurangi hilangnya jaringan tulang terutama pad wanita pre-menapouse dan post-menopouse,Tujuan Olahraga ini untuk memelihara kondisi punggung, mencegah mengobati osteoporosis,klien juga dianjurkan berolahraga berenang, atau bersepeda.
Kebijakan
a. Latihan dilakukan sehari dua kali, tiap gerakan 5-10 kali.
b. Diselenggarakan 3-5x/minggu (minimal 2x/minggu).
c. Bagi para manula latihan ini dapat dilakukan diatas tilam yang ker
d. Latihan dilakukan dengan berdiri dan dengan terlentang.
e. Bermanfaat bagi manula terutama wanita (dapat mencegah dan memperbaiki proses osteoporosis atau kerapuhan tulang yang t pada proses menua).
Prosedur SENAM OSTEOPOROSIS PERSIAPAN
A. Klien
1. Jelaskan TUJUAN DAN TAHAPANNYA
2. Klien memungkinkan untuk dilakukan latihan
3. Klien menggunakan pakaian yang nyaman
B. Lingkungan
1. Ruangan yang tenang, terang dan nyaman
2. Kursi, tempat tidur/alas tidur yang nyaman
PELAKSANAAN
I. Latihan Pertama (Berdiri)
Tubuh bersandar ke dinding. Selama latihan berlangsung berdiri lurus dengan kedua lengan di samping badan. Kedua lengan dia dan diayunkan ke atas secara bergantian (kanan dulu) s perlahan-perlahan menarik napas (ispirasi) sedalam mungkin be mengangkat tumit, lalu kedua lengan diturunkan kembali ke
men)entuh dinding, disertai dengan menarik napas. Kedua le perlahan+lahan diluruskan sambil mengeluarkan napas.
c. Jongkok perlahan+lahan serendah mungkin disertai mengelu napas, kemudian berdiri perlahan+lahan disertai menarik napas.
II. Latihan Kedua (Terlentang)
a. Kedua lengan dan tungkai direntangkan menurut anak panah s mungkin. Perut dikempiskan perlahan+lahan agar punggung pada lantai dibarengi dengan inspirasi, kemudian dikendurkan ke kesikap semula dengan disertai ekspirasi.
b. Lutut ditekuk dan punggung rapat pada lantai. Lengan k digerakkan perlahan+lahan menurut arah panah dibarengi de inspirasi sampai posisi tegak lurus dengan lantai. Lengan k perlahan+lahan kembali ke posisi semula sambil mengeluarkan Gerakan )ang sama dilakukan dengan lengan kiri.
c. Kedua lutut dipeluk dan perlahan+lahan ditarik kearah dada s mengeluarkan napas, sampai pantat terangkat dari lantai. Kem kembali ke posisi semula sambil menarik napas.
d. Lutut ditekuk dan kedua lengan direntangkan ke samping se bahu, lengan bawah tegak lurus dengan lantai, kedua siku diteka perlahan+lahan ke lantaisambil mengeluarkan napas, kem tekanan dikendurkan perlahan+lahan sambil menarik napas.
tekanan dikendurkan perlahan+lahan sambil menarik napas.
1. Klien merasa nyaman
2. Klien merasa tenang dan rileks
3. Tanda+tanda vital dalam batas normal
Tabel 2.5
4. Telaah Jurnal
Problem | ||||||
judul jurnal | Peneliti /tahun penerbit | P (Problem) | I (Intervention) | C (Comparing) | O (Outcome) | Staretegi penelusuran jurnal |
Pengaruh Senam Osteoporosis terhadap Penurunan Nyeri Muskuloskeletal pada Lanjut Usia di Dusun Barekah Desa Rai Oi Kecamatan Sape Kabupaten Bima |
| Nyeri muskulokeletal | Senam osteoporosis |
| Untuk menurunkan nyeri muskulokeletal | KESIMPULAN Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Sebelum dilakukan senam osteoporosis semua lansia mengalami nyeri tingkat sedang dengan nilai rata-rata nyeri 4,75; 2) Setelah dilakukan senam osteoporosis, 43 orang (81,1%) lansia mengalami nyeri ringan dan 10 orang (18,9%) mengalami nyeri sedang dengan nilai rata-rata nyeri adalah 2,94; 3) Ada pengaruh senam osteoporosis terhadap penurunan nyeri muskuloskeletal pada lanjut usia di Dusun Barekah Desa Rai Oi Kecamatan Sape Kabupaten Bima dengan p value 0,000. |
Perbedaan pengaruh pemberian senam osteoporosis dan senam yoga terhadap keluhan nyeri lutut pada lansia di posyandu lansia senja bahagia rw xxv jebres Surakarta | Dita Mirawati, Anggreini Puspita Pertiwi | Nyeri di bagian sendi lutut | Senam osteoporosis dan senam yoga |
| Untuk menurunkan nyeri pada sendi lutut | Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan efektivitas senam osteoporosis dan senam yoga terhadap keluhan nyeri lutut pada lansia di Posyandu Lansia Senja Bahagia Rw XXV Jebres, Surakarta didapatkan kesimpulan bahwa terdapatperbedaan pengaruh pemberian Senam Osteoporosis dan Senam Yoga terhadap keluhan nyeri lutut pada lansia |
|
BAB III
ANALISA KASUS
Pengkajian dilakukan di panti werdha darma bakti pada tanggal 1 juni 2023 pukul 16.30 WIB dengan metode wawancara mengunakan pengkajian skala nyeri yang di rasakan mengunakan alat pengkajian nyeri Numerik.
A. Deskripsi Kasus
1. Identitas klien
Nama Klien Pertama : Ny. CL
No RM : 01-33-46-50
Umur : 74 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Palembang
Agama : Katolik
Pendidikan terakhir : Smp
Status pernikahan : Cerai
Suku : Tionghoa
Tanggal pegkajian : 1 juni 2023
Nama Klien kedua : Ny. N
No RM : 11-33-36-55
Umur : 79 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Palembang prabumulih
Agama : Katolik
Pendidikan terakhir : SMA
Status pernikahan : Cerai mati
Suku : Cina
Tanggal pegkajian : 1 juni 2023
Nama Klien Ketiga : Ny. S
No RM : 01-33-56-55
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Muara enim
Agama : Katolik
Pendidikan terakhir : SMA
Status pernikahan : Belum menikah
Suku : jawa
Tanggal pegkajian : 1 juni 2023
2. Riwayat Kesehatan
Klien pertama
a. Keluhan Utama Kesehatan :Pasien mengatakan nyeri pada lutut dan bagian persendian saat melakukan aktivitas nyeri dirasakan sudah 1 bulan yang lalu.
b. Riwayat kesehatan dahulu :Pasien mengatakan mempunyai riwayat asam urat dan mag,
c. Riwayat Kesehatan Keluarga :Pasien mengatakan orang tuanya memiliki riwayat asam urat.
Klien kedua
a. Keluhan Utama Kesehatan : Pasien mengatakan nyeri pada bagian persendian lutut dan pinggang serta pergelangan saat melakukan aktivitas maupun saat sedang tidak melakukan aktivitas, nyeri di rasakan sudah 2 bulan sampai sekarang.
b. Riwayat kesehatan dahulu :Pasien mengatakan memiliki riwayat pengeroposan tulang sudah 2 tahun yang lalu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan orang tuanya memiliki riwayat asam urat dan hipertensi.
Klien ketiga
a. Keluhan Utama Kesehatan : Pasien mengatakan nyeri pada bagian persendian lutut dan pinggang serta pergelangan saat melakukan aktivitas maupun saat sedang tidak melakukan aktivitas, nyeri terjadi sudah 3 bulan yang lalu.
b. Riwayat kesehatan dahulu :Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan orang tuanya memiliki hipertensi dan asam urat.
3. Aktivitas Latihan
Klien pertama , kedua dan ketiga mengatakan setiap pagi melakukan aktivitas berjemur dan senam pagi,mengikuti doa malam dan pagi, setiap subuh dan sore jam 16.30 mandi sendiri tanpa bantuan.Saat siang hari berbincang dengan teman lansia lainnya.
4. Nutrisi
Klien makan 3x/hari 1 porsi dihabiskan dan makan buah-buahan.
5. Istirahat/tidur
a. Data Subjektif
Klien pertama mengatakan Tidur 1 kalinya 6 jam (21.00-03.00), Klien kedua mengatakan tidur 2 kali yaitu tidur siang jam 15.00-1600 dan tidur malam jam 20.30-03.30 dan klien ketiga mengatakan tidur hanya 1 kali yaitu ssat malam saja jam 21.00-04.00.
b. Data Objektif
Klien tampak tidak mengantuk, perpebrae inferior tidak berwarna gelap, tidak ada kantong mata.
6. Pengkajian tanda-tanda vital
Kesadaran klien pertama secara kualitatif compass mentis (sadar penuh), hasil pemeriksaan tekanan darah 110/70 mmHg, suhu tubuh 36.7 C, nadi dengan frekuensi 80x/menit dengan irama teratur berjenis pernafasan dada berjenis pernafasan dada, nyeri lutut skala 5/N dan nyeri pinggang 6/N.
Kesadaran klien pertama secara kualitatif compass mentis (sadar penuh), hasil pemeriksaan tekanan darah 90/70 mmHg, suhu tubuh 36.2 C, nadi dengan frekuensi 105x/menit dengan irama teratur berjenis pernafasan dada berjenis pernafasan dada dan nyeri lutut dan kaki 6/N.
Kesadaran klien pertama secara kualitatif compass mentis (sadar penuh), hasil pemeriksaan tekanan darah 100/60 mmHg, suhu tubuh 36.8 C, nadi dengan frekuensi 96x/menit dengan irama teratur berjenis pernafasan dada berjenis pernafasan dada dan nyeri kaki lutut persedian 6/N.
7. Pengkajian Fisik
Pengkajian klien pertama dari kepala rambut terdistribusi dengan merata,warna rambut hitam campur putih tidak ada luka dan tidak ada benjolan kepala. Pengkajian MataKonjungtiva anamis dan penglihatan rabun jauh.Pengkajian HidungSimetris tidak ada luka atau benjolan.MulutTidak ada luka, simetris.TelingaSimetris tidak ada luka dan pendengaran masih ada.
Pengkajian klien kedua dari kepala rambut terdistribusi dengan merata,warna rambut hitam tidak ada luka dan tidak ada benjolan kepala. Pengkajian MataKonjungtiva anamis dan penglihatan tidak rabun.Pengkajian HidungSimetris tidak ada luka atau benjolan.Pengkajian MulutTidak ada luka, simetris.TelingaSimetris tidak ada luka dan pendengaran masih ada.
Pengkajian klien ketiga dari kepala rambut terdistribusi dengan merata,warna rambut hitam ada uban tidak ada luka dan tidak ada benjolan kepala. Pengkajian MataKonjungtiva anamis dan penglihatan tidak rabun.Pengkajian HidungSimetris tidak ada luka atau benjolan.Pengkajian MulutTidak ada luka, simetris.TelingaSimetris tidak ada luka dan pendengaran masih ada.
8. Pskososial dan spiritual
Interaksi lansia dengan lansia lain baik, lansia punya teman orang, lansia sangat cukup dalam berkomunikasi, biasanya lansia mengikuti misa pada hari minggu, ikut renungan pagi, ikut doa pagi dan malam hari. Kepercayaan yang di yakini oleh lansia adalah kepercayaan agama katolik, kadang-kadang lansia memikirkan tentang masa lalunya perceraian dengan suaminya dan kehilangan anaknya tetapi lansia selalu berdoa sehingga tenang hatinya.
No | Data | Etiologi | Masalah |
1. | Ds : klien mengatakan nyeri pada bagian persendian di lutut dan kaki. Do: klien tampak meringis merasakan nyeri yang dirasakan, N:5/n nyeri seperti di remas-remas Data Subjektif 1. 1. Pasien mengeluh tidak nyaman 2. Pasien mengatakan tidak mampu rileks Data Objektif Pasien tampak lemah | Kondisi nyeri muskulukeletal Gejala penyakit | Nyeri akut Gangguan rasa nyaman |
No | Data | Etiologi | Masalah |
2. |
Ds : klien mengatakan nyeri pada bagian lutut dan pinggang Do : Klien tampak meringis merasakan nyeri 6/N , Nyeri seperti di remas remas.
Ds: klien mengatakan merasa tidak nyaman dengan keadaan nyeri yang dirasakan Do: klien tampak meringis merasakan nyeri yang dirasakan. | Kondisi nyeri muskulokeletal
Gejala penyakit |
Nyeri akut
Gangguan rasa nyaman |
No | Data | Etiologi | Masalah |
3. |
Ds: Klien mengatakan nyeri pada bagian persendian pinggang dan pergelangan
Do: klien tampak meringis merasakan nyeri
Ds: klien mengatakan merasa tidak nyaman dengan keadaan nyeri yang dirasakan Do: klien tampak meringis merasakan nyeri yang dirasakan. |
Kondisi nyeri muskulokeletal
Gejala penyakit |
Nyeri akut
Gangguan rasa nyaman |
No | Diagnosa keperawatan | Tujuan kriteria hasil | intervensi | rasional |
1. | Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal akut Data Subjektif : b. Pasien mengatakan nyeri dibagian kaki dan lutut Data Objektif : a. Pasien tampak lemas Pasien tampak meringis menahan nyeri | Setelah dilakukan 3x 1 minggu intervensi keperawatan, diharapkan: a. Dengan Kriteria Hasil: Keluhan nyeri menurun b. Meringis menurun c. Gelisah menurun | SIKI : Manajemen Nyeri Observasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6. Monitor keberhasilan terapi yang sudah diberikan | 1. Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Untuk mengetahui skala nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 4. Mengetahui apa faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 5. mengetahui pengetahuan pasien dan keyakinan tentang nyeri 6. Memonitor keberhasilan terapi yang sudah diberikan 7. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, yaitu senam osteoporosis |
2. | Gangguan Rasa Nyaman berhubungann dengan Gejala penyakit Data subjektif: 1. Pasien mengeluh tidak nyaman 2. Pasien mengatakan tidak mampu rileks 3. Pasien mengatakan sangat lelah Datta Objektif : Pasien tampak lemah | Setelah dilakukan 3x1 minggu intervensi keperawatan, diharap kan: SLKI : Status Kenyamanan Dengan Kriteria Hasil : 1. Keluhan tidak nyaman menurun 2. Gelisah menurun | SIKI : Terapi Relaksasi Observasi 1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan terapi sebelumnya 4. Monitor respon terhadap terapi relaksasi 5. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (seperti Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 6. Memberitahu penyebab, periode, dan pemicu nyeri 7. memberitahu strategi apa yang cocok untuk meredakan nyeri 8. Ciptakan lingkungan yang tenag dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan 9. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi Edukasi 10. Jelaskan tujuan manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia yaitu teknik relaksasi napas dalam 12. Anjurkan mengambil posisi nyaman 13. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi 14. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih yaitu relaksasi napas dalam | 1. Mengetahui penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif 2. Untuk teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan 3. Mengetahui apakah pasien bersedia dan mampu dalam melaksanakan terapi 4. Memonitor respon terhadap terapi relaksasi yang digunakan |
B. Metode Penelitian
Pengambilan data pada kasus responden mengunakan desain studi kasus deskriptif, studi kasus deskriptif adalah upaya untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat tentang suatu situasi atau area populasi yang bersifat aktual, Pada stodi kasus ini penulis akan mendeskripsikan secara sistematis tentang asuhan keperawatan terapi senam osteoporosis dipanti social darma bakti KM 7.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, implimentasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
C. Partisipan Studi Kasus
Subjek studi adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh penulis atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Subjek pada studi kasus ini adalah klien dengan nyeri muskulokeletal sebanyak 3 orang responden yang tinggal di Panti Werdha Dharma bakti km 7 kota palembang:
1. Bersedia menjadi responden
2. Lansia dengan usia 60-90 tahun
3. Lansia yang kooperatif diajak komunikasi
4. Berjenis kelamin perempuan
5. Lansia yang memiliki nyeri persendian
Kriteria eksklusi nya yaitu lansia tidak kooperatif dan gangguan penglihatan.
D. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
1. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 hari dalam 1 minggu.
2. Tempat
Studi kasus ini dilakukan pada klien dengan nyeri muskuloleletal
di Panti werdha darma bakti kota palembang.
E. Fokus studi kasus
Prosedur pengambilan data diawali dengan pembuatan proposal studi kasus tentang asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan gout setelah disetujui dengan pembimbing penelitian, dilakukan pengurusan surat izin penelitian. Selanjutnya penulis melakukan pengumpulan data melalui screening kesehatan kadar asam urat, pengkajian gerontik, analisa data, penegakkan diagnose keperatawatan, penyusunan intervensi keperawatan, impelementasi keperawatan serta evaluasi keperawatan. Pada saat implementasi. Intervensi yang diberikan ialah senam ergonomis yang dibelikan sebanyak 3 kali dalam 1 minggu dengan jeda 1 hari setiap kali pemberian senam ergonomis dan pengecekan kembali kadar asam urat setelah 3 kali pemberian senam dengan selang waktu 20 menit sesudah pemberian senma ergonomis yang ketiga kali.
F. Instrumen studi kasus
1. Format asuhan keperawatan gerontik
Format pengkajian asuhan keperawatan gerontik yang berisi pemeriksaan fisik dan keluhan yang dialami pada lansia.
2. Nursing Kit
Nursing kit atau Medical Kit adalah instrument set untuk pemeriksaan fisik yang dapat digunakan oleh keperawatan, kebidanan, kedokteran ataupun masyarakat umum.
G. Metode pengumpulan data
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang paling sering digunakan pada banyak penelitian. Wawancara ditujukan untuk mendapatkan informasi dari individu yang diwawancarai, oleh karena itu hubungan asimetris harus tampakan cara pewawancara dengan individu yang diwawancarai. Peneliti melakukan wawawncara mengeksplorasi perasaan, persepsi, dan pemikiran partisipan (Rachmawati, 2017).
2. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data tentang perilaku manusia. Perilaku yang diobservasi mungkin pasien atau orang-orang yang mendapatkan treatment atau pelayanan atau implementasi dari sebuah kebijakan. Metode observasi ini sering digunakan dalam penelitian tentang pelayanan kesehatan (Ovretveit, 2018)
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh lansia untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada bagian anggota gerak. Pemeriksaan sistematis tersebut disebut Head to toe.
4. Dokumentasi
Penulis menggunakan pengumpulan data dengan metode studi dokumen karena dokumen dapat member informasi tentang situasi yang tidak dapat diperoleh langsung melalui observasi langsung atau wawancara.
H. Analisa Penelitian
Analisis data dilakukan dengan menyajikan hasil evaluasi dilakukan melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Selain itu, temuan penelitian dianalisis dibandingkan dengan teori dirancang dalam Bab 2 untuk masalah medis tujuan dan intervensi, kemudian intervensi diimplementasikan sesuai dengan rencana yang disiapkan untuk pasien selama pelaksanaan.
Hasil aplikasi dianalisis untuk menilai kondisi pasien masalah terpecahkan, sebagian diperbaiki, dimodifikasi atau diganti dengan masalah keperawatan relasional. Hasil asesmen, diagnosis, intervensi, pelaksanaan dan evaluasi ditulis dalam format naratif dalam bab-bab diskusi untuk mencapai tujuan penelitian. Teknologi analitis digunakan melalui pengamatan peneliti dan studi dokumenter yang efektif peneliti harus menginterpretasikan data melawan teori membuat rekomendasi untuk intervensi ini.
I. Etika studi kasus
1. Informed Consent
Pada penelitian ini lembar persetujuan diberikan kepada responden sebelum dilakukan dilakukan penelitian.
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Peneliti menjaga kerahasiaan, tidak boleh menggunakan nama tetapi hanya boleh menggunakan kode inisial.
3. Justice
Penelitian ini mempunyai keadilan dengan memenuhi prinsip penelitian, peneliti akan bekerja secara jujur, berhati-hati, professional, berprikemanusiaan dan akan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, psikologis serta perasaan subjek penelitian.
4. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden informasi yang diberikan.Semua catatan dan data responden disimpan serta di dokumentasikan.Apalagi peneliti sudah mendapatkan informasi tentang responden, peneliti tidak boleh mempublikasikan identitas responden, karena peneliti harus menjaga kerahasiaan identitas tersebut.
5. Benefits
Peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan prosedur penelitian yang telah dirancang sesuai standard prosedur pelaksanaan oleh penelitian guna mendapatkan hasil yang maksimal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis secara khusus membahas tentang pencapaian yang telah diperoleh setelah memberikan penerapan EBP pada tiga klien dengan gangguan nyeri muskulokeletal mendapat kesenjangan yang terjadi dari konteks teori dan hasil penerapan praktik secara nyata ke klien, adapun pembahasan terdapat asuhan penerapan EBP pada tiga klien adalah sebagai berikut :
A. Pengkajian
No | Inisial | Usia | Skala Nyeri Pre Intervensi | Skala Nyeri Post Intervensi |
1. | Ny. CL | 74 th | 5/N | 3/N |
2. | Ny. N | 79 th | 6/N | 3/N |
3. | Ny. S | 71 th | 6/N | 4/N |
Tabel 1.4 Skala nyeri pre dan post intervensi
Pada tanggal 1 juni 2023 dilakukan pengkajian data merupakan tahap awal dalam proses keperawatan, dalam pengkajian penulis memperoleh data dengan mengunakan metode wawancara,observasi dan pemeriksaan fisik dan melihat data-data penunjang melalui wawancara pengkajian secara langsung. Pada pengkajian pertama klien satu berusia 74 tahun dengan jenis kelamin perempuan, klien dua berusia 79 tahun dengan jenis kelamin perempuan dan klien ketiga berjenis kelamin perempuan. Hasil pengukuran skala nyeri dengan menggunakan pengecekan Numeric rating scale (NRM) ditemukan secara teoritis ditemukan nyeri di bagian lutut dengan skala nyeri 5/N dan sakit dibagian persendian, pada klien kedua dilakukan pengkajian didapatkan pasien mengatakan nyeri persendiaan lutut dan pinggang serta pergrlangan tangan. Pada klien ketiga nyeri lutut dengan skala nyeri 6/N dan sakit dibagian persendian, dan pengkajian pada klien ketiga didapatkan keluhan nyeri yang dirasakan kaki lutut skala nyeri 6/N.
Berdasarkan hasil pengkajian Ada beberapa diagnose yang umum yang terdapat pada kasus osteoporosis yaitu: nyeri akut berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis, gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan struktur integritas tulang dan resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu (Ode,2018).
Diagnose keperawatan utama ketiga klien ialah nyeri akut berhubungan dengan kondisi nyeri muskulokeletal ditandai dengan klien pertama mengeluh nyeri pada bagian lutut dan persendian skala nyeri 5/N klien tampak meringis merasakan nyeri yang dirasakan nyeri seperti diremas-remas. Klien kedua mengeluh nyeri dibagian lutut dan pinggang skala nyeri 6/N klien tampak nyeri merasakan nyeri yang dirasakan, klien ketiga mengeluh nyeri pada bagian kutut pinggang dan pergelangan tangan.
Intervensi yang diberikan sesuai dengan evidence based nursing dari referensi jurnal ialah senam osteoporosis yang gerakannya di modifikasi agar aman untuk lansia. Tujuan pemberian senam osteoporosis ini untuk menurunkan nyeri muskulokeletal pada lansia, Kriteria hasil yang diharapkan pada evaluasi keperawatan ialah nyeri berkurang dengan kriteria skala nyeri menurun
Implementasi dilakukan 3 kali dalam 1 minggu yang diberikan 3 hari dengan jeda 1 hari. Pada hari pertama klien diberikan senam yang dipandu oleh instruktur bersertifikat dengan gerakan dimodifikasi yang aman untuk lansia. Implementasi hari pertama dilakukan pada tanggal 3 Juni 2023 pukul 10.25, hari pertama klien diberikan senam selama 15 menit dengan perpaduan instrument yoga yang rileks serta Tarik napas dalam, pada saat diajarkan gerakan senam osteoporosis klien mampu melakukan gerakan senam sesuai dengan gerakan yang diberikan instruktur senam.
Pada hari kedua dilakukan tanggal 5 Juni 2023 pukul 10.15, klien diberikan senam osteoporosis lagi selama 15 menit yang diiringi dengan instrumen yoga dan Tarik napas dalam, ketiga klien pun mengikuti gerakan dengan baik. Pada hari ketiga implementasi dilakukan pada tanggal 7 Juni 2023 pukul 10.25 klien diberikan senam osteoporosis selama 15 menit yang diiringi instrument yoga yang rileks serta teknik relaksasi napas dalam, pada hari ketiga pun kedua klien melakukan pergerakan dengan baik, setelah 20 menit dari pemberian implementasi senam osteoporosis klien diperiksa dengan mengunakan numeric rating scale (NRM) untuk mengukur skala nyeri yang dirasakan setelah dilakukan senam terakhir yaitu senam osteoporosis.
Evaluasi hasil pemberian senam osteoporosis yang dimodifikasi menunjukkan adanya penurunan skala nyeri pada ketiga klien yaitu klien pertama pada awal pengkajian menunjukkan hasil skala nyeri 5/N kemudian setelah 3 kali pemberian senam osteoporosis menunjukan penurunan setelah pengecekan mengunakan numaric ranting scale (NRS), pada klien kedua awal pengkajian menunjukan hasil skala nyeri 6/N kemudian setelah dilakukan pemberian senam osteoporosis menunjukan penurunan nyeri dicek dengan mengunakan numaric ranting scale (NRS) skala menurun menjadi skala nyeri 3/N. pada klien ketiga awal pengkajian menunjukan skala nyeri 6/N dan setelah diberikan senam osteoporosis menunjukan penurunan skala nyeri menjadi skala nyeri 4/N pengencekan mengunakan numeric ranting scale (NRS). Dari hasil pengukuran skala nyeri ketiga klien mengalami penurunan nyeri sehingga mampu disimpulkan bahwa modifikasi senam osteoporosis efektif dalam memberikan pengaruh penurunan skala nyeri muskulokeletal.
B. Pembahasan
Pengkajian keperawatan merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik yang selanjutnya akan dibuat menjadi data subjektif dan data objektif sebagai bahan analisa data untuk mengakkan diagnose keperawatan. Pada tanggal 1 juni 2023 dilakukan pengkajian data merupakan tahap awal dalam proses keperawatan, dalam pengkajian klien pertama berusia 74 tahun, riwayat penyakit arthritis gout sejak 2 tahun dan mag sejak 1 tahun yang lalu, kesadaran composmentis, klien tampak kooperatif, tanda-tanda vital TD 110/70 mmHg, N 86x/menit, S 36,70C, skala nyeri 5/N. pengkajian klien kedua berusia 79 tahun, riwayat penyakit pengeroposan tulang sejak 2 tahun, kesadaran composmentis, pasien tampak kooperatif, tanda-tanda vital TD 90/70 mmHg, N 105x/menit, S 36,20C, skala nyeri 6/N. pengkajian klien ketiga berusia 71 tahun, klien tidak memiliki riwayat penyakit, kesadaran composmentis, pasien tampak kooperatif, tanda-tanda vital TD 100/60 mmHg, N 96x/menit, S 36,20C, skala nyeri 6/N.
Berdasarkan data focus yang telah dijelaskan diatas, ketiga pasien merupakan kategori lansia. Lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit salah satunya nyeri persendian, hal ini dikarenakan seiring proses penuaan fungsi persendian tulang mengalami penurunan sehingga mengakibatkan pengeroposan tulang sehingga mengakibatkan nyeri pada muskulokeletal. ( mendeley)
Diagnose utama yang diangkat pada ketiga klien beradarkan data focus diatas ialah nyeri akut berhubungan dengan kondisi nyeri muskulokeletal ditandai dengan klien pertama mengeluh nyeri pada bagian lutut dan persendian skala nyeri 5/N klien tampak meringis merasakan nyeri yang dirasakan nyeri seperti diremas-remas. Klien kedua mengeluh nyeri dibagian lutut dan pinggang skala nyeri 6/N klien tampak nyeri merasakan nyeri yang dirasakan, klien ketiga mengeluh nyeri pada bagian kutut pinggang dan pergelangan tangan. Nyeri muskilokeletal timbul karena nyeri berulang yang timbul sebagai proses penyakit yang secara langsung mempengaruhi tulang,otot dan persendian. ( mendeley)
Rencana keperawatan yang diberikan pada pasien ialah pemberian senam ergonomis modifikasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (mendeley) senam osteoporosis merupakan kombinasi gerakan otot dan teknik pernapasan sehingga dinilai efektif dalam menurunkan skala nyeri muskulokeletal Senam osteoporosis merupakan latihan fisik yang bermanfaat dalam pencegahan osteoporosis mengobati osteoporosis dan efeknya seperti rasa sakit Prinsip senam untuk osteoporosis adalah latihan yang kuat, gerakan yang dinamis dan daya tahan ritme, senam osteoporosis dapat diberikan kepada lansia. Praktik Osteoporosis juga dapat membantu meningkatkan kelenturan otot menggairahkan dan mempengaruhi saraf. Olah raga osteoporosis juga bisa meningkatkan sirkulasi darah ( mendeley). Senam osteoporosis akan dilakukan 3 kali pemberian dalam 1 minggu selama durasi waktu 15-20 menit setiap kali pemberian. Gerekan senam osteoporosis ini dikombinasi dengan music yoga yang rileks. Gerakan pada senam osteoporosis ini terdiri dari gerakan-gerakan yang dimodifikasi dengan gerakan yang memfokuskan pada setiap sendi tubuh untuk dapat memberikan keamanan pada lansia dan mencegah adanya cedera.
Implementasi pada kasus ini diberikan sebanyak 3 kali dalam 1 minggu durasi 15-20 menit yang diberikan jeda 1 hari setiap kali sesudah pemberian senam osteoporosis . Dalam 3 kali pemberian senam osteoporosis yang sudah di modifikasi ini mendapatkan hasil klien pertama melakukan gerakan dengan santai dan mengikuti arahan yang di berikan isnstruktur sampai pada hari ketiga dan hasil cek skala nyeri mengunakan numeric rating scale (NRS) setelah 3 kali pemberian senam mendapatkan hasil skala nyeri menjadi 3/N. Dilihat dari hasil cek numeric rating scale (NRS) yang dilakukan sebelum pemerian intervensi senam osteoporosis klien mengalami penurunan skala nyeri, Pada klien kedua setelah 3 kali pemberian senam osteoporosis klien mampu mengikuti gerakan dengan baik, hasil skala nyeri setelah 3 kali pemberian senam mendapatkan hasil skala nyeri menjadi 3/N Dilihat dari hasil cek numeric rating scale (NRS) yang dilakukan sebelum pemerian intervensi senam osteoporosis klien mengalami penurunan skala nyeri dan Pada klien ketiga setelah 3 kali pemberian senam osteoporosis klien mampu mengikuti gerakan dengan baik tetapi sedikit kaku, hasil skala nyeri setelah 3 kali pemberian senam mendapatkan hasil skala nyeri menjadi 3/N Dilihat dari hasil cek numeric rating scale (NRS) yang dilakukan sebelum pemerian intervensi senam osteoporosis klien mengalami penurunan skala nyeri.
Berdasarkan uraian implementasi diatas ketiga klien mengalami persamaan yaitu hasil akhir skala nyeri yaitu klien pertama mengalami penurunan skala nyeri sedangkan klien kedua mengalami penurunan skala nyeri dan skala nyeri klien ketiga mengalami penurunan skala nyeri, penurunan nyeri terjadi dikarenakan Osteoporosis juga dapat membantu meningkatkan kelenturan otot menggairahkan dan mempengaruhi saraf. Olahraga osteoporosis juga bisa meningkatkan sirkulasi darah serta meredakan nyeri muskulokeletal Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (mendeley)
Evaluasi keperawatan dari hasil implementasi yang dilakukan setelah 3 kali pemberian senam osteoporosis yaitu pasien pertama mengalami penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian intervensi dan klien kedua mengalami penurunan yaitu sebelum dan sesudah intervensi, klien ketiga mengalami penurunan skala nyeri sesudah diberikan intervensi senam osteoporosis. Berdasarkan hasil kriteria hasil diagnose keperawatan nyeri akut, senam osteoporosis efektif dalam memberikan pengaruh penurunan skala nyeri yang menjadi penyebab nyeri sendi pada lansia. Pada gerakan-gerakan senam osteoporosis selain dapat membantu proses membantu meningkatkan kelenturan otot menggairahkan dan mempengaruhi saraf. Olah raga osteoporosis juga bisa meningkatkan sirkulasi darah dan melenturkan sendi yang kaku,. Selain mampu mengurangi rasa nyeri gerakan senam ergonomic juga merupakan geraka yang biasa dilakukan sehari hari sehingga mudah untuk dilakukan oleh klien.