Oleh : Sumario
Citra Cirebon pada Era Pra Islam
(Hindu-Buddha)
Cirebon
terletak di Pantai Barat Laut Pulau Jawa, dikenal karena kekayaan Sejarah dan
warisan budayanya. Letaknya yang strategis merupakan pusat perdagangan sejak
zaman dahulu, karena merupakan kota Pelabuhan penting yang menghubungkan Pulau
Jawa dan Sumatera.
Cirebon era
pra Islam diperintah oleh raja-raja Hindu dan Budha sejak 400 Masehi. Pada masa
itu banyak pengaruh dari budaya Hindu dan Budha terutama dari budaya India.
Cirebon
merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Sunda mulai Tahun 669 M, karena pada masa itu Kerajaan Sunda
mendomansi wilayah Jawa Barat selama berabad-abad. Pada masa ini terkenal dengan seni, Bahasa
dan sastranya, terjalin perdagangan dengan Cina dan India.
Kerajaan-
Kerajaan Pra Islam,
-
Kerajaan Tarumanagara, berkembang pada abad ke 4-7
berpusat di aliran Sungai Citarum, dikenal dengan sistem irigasi pertaniannya
dan dipengaruhi oleh budaya Hindu Budha India
-
Kerajaan Kalingga, muncul pada abad ke-6, terletak di
bagian utara Cirebon, berkembang sebagai kekuatan perdagangan maritim, ditandai
dengan tradisi pelayaran regional yang kuat.
-
Kerajaan Sunda, penguasa dominan di
Jawa Barat pada abad 7-16 M, terkenal dengan seni, Bahasa dan sastranya,
terlibat perdagangan dengan Cina dan India, pada masa Kerajaan ini terjadi
transisi dari pengaruh Hindu Budha ke pengaruh Islam. Kemunduran
dan keruntuhan Kerajaan Sunda ini terjadi pada akhir Abad ke-13 akibat konflik
dan penyebaran Islam.
-
Kerajaan Galuh, berkembang pada abad ke 7-13 terletak
di bagian Timur Cirebon, dikenal dengan kerajinan logam dan keahliannya dalam
pengerjaan logam, sangat dipengaruhi oleh unsur budaya India.
Kesultanan
Cirebon Muncul
Islam
masuk ke wilayah Cirebon pada akhir abad ke-15 ditandai dengan berdirinya
kesultanan Cirebon pada awal abad ke-16. Pada masa ini terjadi penggabungan
antara budaya tradisi Hindu, Budha dan Islam. Budaya dan kehidupan sehari-hari
Masyarakat yaitu ditandai dengan perekonomian melalui perdagangan yang aktif
dan Pelabuhan yang berkembang. Dari segi arsitektur, kuil Hindu dan Budha
berdampingan dengan Masjid. Terjadi perkembangan dibidang Seni sinkretis,
arsitektur, sastra, pertanian, tekstil dan kerajinan tangan.
Toko
terkenal pada masa ini yaitu :
Prabu
Siliwangi merupakan Raja Hindu terakhir Kerajaan Sunda, Pangeran Walangsungsang
Pendiri Cirebon, dan Sunang Guning Jati sebagai pelopor Islam sekaligus Sultan
di Cirebon,
Pedukuhan
Tegal Alang-Alang
Sebelum
berdirinya kekuasaan politik Islam dibawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati,
wilayah Cirebon dapat dikelompokkan atas dua daerah yaitu daerah pesisir
disebut dengan nama Cirebon Larang dan daerah pedalaman yang disebut Cirebon
Girang. Lokasi Cirebon Larang tadinya merupakan kawasan hutan
di wilayah Cirebon Pesisir yang biasa disebut Tegal Alang-Alang atau Lemah
Wungkuk. Pada masa Raden Walangsungsang, Cirebon Larang semakin berkembang
melebihi ukuran sebuah desa. Saat itu wilayahnya banyak didatangi oleh para
pendatang dari berbagai suku bangsa. Semakin banyak juga penduduk Cirebon yang
beralih agama dari Hindu (pengaruh Pajajaran di pantai utara Jawa khususnya di
Cirebon dan sekitarnya) ke agama Islam.
Pangguron
Islam Gunung Jati yang didirikan oleh Raden Walangsungsang bersama adik dan
istrinya diperintahkan oleh gurunya Syekh Dzatul Kahfi untuk membuat pedukuhan
(perkampungan). Daerah ini yang merupakan hutan terletak di bagian Selatan
Gunung Jati. Setelah perdukuhan tersebut dibentuk diberi nama Tegal Alang-alang
dan Raden Walangsungsang sebagai kepala dukuh dengan gelar Ki Kuwu dan juga
dijuluki Pangeran Cakrabuana. Dalam waktu singkat Tegal Alang-alang berkembang
pesat, akhirnya pedukuhan ini dinamai Caruban. Disamping itu sebagian besar
warganya bekerja sebagai pembuat petis dan menangkap ikan, petis yang dibuat
dari bahan air udang Bahasa Sundanya Cai rebon dan akhirnya Masyarakat
menyebutnya Cirebon.
Peninggalan
Cirebon Pra Islam
-
Seni arsitektur dan monument berupa keraton Kasepuhan,
Masjid Agung Cirebon, Kompleks Candi Muara Jati, dan desa penghasil Batik.
-
Sastra dan cerita rakyat berupa Puisi kakawin kuno,
pertunjukan wayang golek, fabel dan legenda, puisi klasik dan prosesnya.
-
Pengaruh pada Seni dan Estetika yaitu; Tema Hindu
digambarkan dalam seni candi, Gaya Islam terlihat pada arsitektur masjid, Pola
batik memadukan beragam gaya, Perpaduan eklektik dalam sastra dan musik
PERTEMUAN
III
A. Islam
membumi di Cirebon
Sejarah
Cirebon pada masa Hindu-Budha, mengelami perkembangan lebih cepat selama masa
Kerajaan Sunda yang diperintah oleh
Prabu Siliwangi, selanjutnya pada masa Islam pada abad ke-16, melalui
para Wali Songo seperti Sunan Gunung Jati dan Syekh Datuk Kahfi, Cirebon
semakin berkembang. Pada masa Kolonisasi Belanda, Cirebon menjadi bagian dari
wilayah Hindia Belanda pada abad ke-18 dan bagian dari Provinsi Jawa Barat
setelah kemerdekaan Indonesia
Syekh
Nurjati dan Pesantren Pesambangan Jati
Syekh
Nurjati adalah seorang ahli Tasawuf yang
memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai disiplin ilmu agama Islam. Syekh
Nurjati juga dikenal sebagai pendiri Pesantren Pesambangan Jati, yang
menawarkan penyelidikan dan jaringan pembelajaran bagi para santrinya. Syekh
Nurjati dianggap sebagai tokoh penting dalam penyebaran Islam di Cirebon dan
wilayah sekitarnya, dan banyak dari pengikutnya yang terus berkembang hingga
saat ini.
Pesantren Pesambangan Jati
Pesantren
Pesambangan Jati didirikan oleh Syekh Nurjati sebagai pusat pembelajaran Islam,
yang diperkenalkan dengan cara yang termasuk dalam budaya setempat di Cirebon Pesantren
Pesambangan Jati juga menjadi pusat dimana para santri belajar Al-Quran dan menjalankan pengamalan agama Islam dalam
kehidupan mereka. Saat ini, Pesantren Pesambangan Jati telah berkembang menjadi
pusat pendidikan berbasis industri, di mana para santri belajar hingga pada
tingkat yang setara dengan universitas. Pesantren ini juga memiliki peran
sentral dalam pengembangan Islam di Cirebon dan Indonesia. Mereka menjadi pusat
pembelajaran dan penyebaran ajaran Islam. Pesantren memberikan akses pendidikan
yang murah bagi para santri untuk belajar dan tumbuh dalam suasana kekeluargaan
dan persaudaraan.
Pesantren
Pesambangan Jati dikembangkan menjadi tempat di mana orang-orang belajar Kattrin
dan Keuskupan Islam, menciptakan sejarah dan budaya yang kaya dan terus
berkembang.
Berdirinya
Keratuan Pakungwati
Pendirian
Keraton Keraton Pakungwati didirikan oleh Ki Gede Pemanahan pada abad ke-
16.
Keluarganya membentuk satu dari empat kelompok besar putra dan bangsawan yang
berperan
di dalam Keraton. Keraton Pakungwati mendukung pengembangan kesenian dan budaya
untuk memperkaya kehidupan Keraton dan rakyat Cirebon. Keraton Pakungwati
mendukung pengembangan pembelajaran,
putraman dan pendidikan dari abad ke-16 hingga sekarang. Mereka juga menjadi
pusat kegiatan metafisik dan kepercayaan orang Cirebon.
Peran
Islam dalam Budaya Cirebon
1.
Pengaruh dalam Kesenian
Islam sangat mempengaruhi kesenian dan budaya di Cirebon,
menjadikan salah satu contoh yang terkenal seni Tari Topeng yang akar-akarnya
berbasis pada ritual keagamaan serta ajaran dan kisah-kisah Islami.
2.
Pengaruh dalam Makanan dan Tradisi
Bagian besar dari makanan
dan tradisi Cirebon juga terpengaruh oleh ajaran Islam, menciptakan kegiatan
dan acara tahunan seperti perayaan idul fitri, jika pangan dan sejenisnya.
3. Kesamanan
Melalui Pendidikan Islam
Seiring waktu, masyarakat
Cirebon terus bersatu terutama melalui pendidikan Islam, yang menciptakan
kesamaan di tengah keberagaman.
PERTEMUAN
IV
Cirebon Era Syarif Hidayatullah
Perjalanan
ke Tanah Jawa, Pengaruh Hindu-Buddha Berbagai pengaruh Hindu-Buddha terlihat
dalam seni, arsitektur, dan kebudayaan Jawa pada zaman itu. Kedatangan Islam Islam
tiba di Pulau Jawa pada abad ke-13 melalui para pedagang Muslim dan wali songo
yang berdakwah. Kerajaan Majapahit memiliki pengaruh yang kuat di Jawa hingga
akhirnya melemah pada abad ke-15.
Berdirinya
Kerajaan Islam: Kasunanan Cirebon,
Peran
Syahbandar Cirebon dalam menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha menjadi awal terbentuknya Kesultanan Cirebon.
Syarif
Hidayatullah
Beliau
seorang wali songo yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati yang menjadi pelopor
penyebaran agama Islam dan mendirikan Kesultanan Cirebon. Peran Syahbandar
Cirebon dalam menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan kerajaan Hindu-Buddha
menjadi awal terbentuknya Kesultanan Cirebon. seorang wali songo, menjadi pelopor penyebaran agama
Islam dan mendirikan Kesultanan Cirebon.
Penobatan
Sunan
Gunung
JatiSunan Gunung Jati, salah satu wali songo, dinobatkan sebagai raja pertama Kasunanan
Cirebon oleh raja Pajajaran. Penobatan Panetep Panatagama Rasul rat Sundabhumi.
Pengakuan Kesultanan Cirebon oleh Kesultanan Demak sebagai salah satu pusat Islam di Jawa. Pengakuan Kesultanan
Banten terhadap Kesultanan Cirebon sebagai pemimpin agama Islam di Jawa Barat.
Perkembangan
Agama dan Kebudayaan
Bukti-bukti
kejayaan pada era Syekh Syarif Hidayatullah di Cirebon, selain terlihat dari
sisi keagamaannya yang bersifat rohaniah seperti penyebaran Islam. Penyebaran
agama Islam dan perkembangan budaya Islam di wilayah Cirebon. Wangsa Badug menjadi pewaris
kepemimpinan Kasunanan Cirebon setelah wafatnya Sunan Gunung Jati.
Pembagian
wilayah Kasunanan Cirebon menjadi tiga wilayah: Kacirebonan, Kaprabonan,
dan Kanoman. Peninggalan seni dan
arsitektur Kasunanan Cirebon yang terkenal, seperti Keraton Kasepuhan dan
Keraton Kanoman.
Kasunanan
Cirebon menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Hubungan
yang erat antara Kasunanan Cirebon dan Kesultanan Banten dalam hal politik dan perdagangan.
Pengaruh-pengaruh budaya luar yang masuk ke Cirebon melalui perdagangan dan
hubungan dengan kesultanan-kesultanan lainnya. Kasunanan Cirebon sebagai Pusat
Kebudayaan dan Agama Islam, Kasunanan Cirebon menjadi pusat pengembangan
sastera dalam bahasa Jawa. Keseniaan Tradisional Keberagaman kesenian
tradisional Cirebon yang
merupakan
hasil perpaduan budaya Jawa, Sunda, dan
Islam.
Sumbangan
Kasunanan Cirebon untuk Peradaban
Nusantara yaitu Pembinaan Agama dan Budaya, Peran Kasunanan Cirebon dalam
penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah di Nusantara. Perdagangan dan
Ekonomi Kesultanan Cirebon menjadi pusat perdagangan dan meraih kemakmuran ekonomi di masa lalu.
Petatah
petitih Sunan Gunung Jati,
Petatah
petitih tersebut berisi ajaran dan filosofi yang didasarkan pada agama Islam
sebagai
panduan
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sunan
Gunung Jati dengan gigihnya menyebarkan pesan-pesan kebaikan, menyuarakan
kebenaran, dan berjuang melawan segala bentuk ketidakadilan.
Beliau mengajarkan pentingnya hidup sederhana, menghargai alam, dan
menjaga keselarasan antara manusia dengan lingkungannya.
Menjangan
Wulung dan Adzan Pitu di Masjid Agung Sang Ciptarasa,
Menjangan
Wulung adalah seorang pahlawan legendaris yang ceritanya terkenal dalam seni
tari, sastra, dan seni rupa. Kisahnya berlatar belakang hutan yang mempesona,
tempat Menjangan Wulung menjalani petualangannya dalam menghadapi musuh dan
menggapai cita-citanya.
Adzan
Pitu di Masjid Agung Sang Ciptarasa
Adzan
Pitu dirayakan di Masjid Agung Sang Ciptarasa, saat tujuh muadzin berkumpul dan
bersama-sama
mengumandangkan azan pada waktu yang sama. Suara azan yang merdu dan harmonis
menciptakan suasana sakral, menggetarkan hati dan membawa kedamaian kepada seluruh umat
Muslim yang hadir. Adzan Pitu melambangkan kesatuan, persatuan, dan
keharmonisan antara umat Muslim di
Cirebon.
Nyi Mas
Gandasari merupakan seorang pahlawan nasional yang gigih memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dengan semangat perlawanan pada masa penjajahan. Beliau
melambangkan kekuatan dan semangat masyarakat Cirebon dalam mempertahankan
identitas budaya dan melawan penjajah. Peran Fatahillah dalam sejarah Jayakarta,
Fatahillah memimpin pasukan melawan penjajah Portugis dan berhasil merebut
istana Sunda Kelapa, menjadikannya Jayakarta.Beliau mengembangkan kota, membangun infrastruktur, dan
menjadikan
Jayakarta sebagai salah satu pusat
perdagangan dan kebudayaan di Nusantara.
Nama
Fatahillah tetap hidup dalam sejarah Jakarta sebagai pahlawan yang berjasa
dalam membangun dan menjaga identitas serta keberlanjutan Kota Jakarta yang
kita cintai saat ini
PERTEMUAN
V
Cirebon
Era Penerus Syarif Hidayatullah
Pada
masa pemerintahan Syarif Hidayatullah, Cirebon menjadi pusat perdagangan yang
penting di wilayah Jawa Barat. Selain itu, Syarif Hidayatullah juga dikenal
sebagai tokoh yang memperkenalkan agama Islam di Cirebon dan berhasil
mengislamkan banyak penduduk setempat. Selain keberhasilannya dalam
memperkenalkan Islam, Syarif Hidayatullah juga dikenal karena kemampuannya
dalam mempertahankan kemerdekaan Cirebon dari serangan bangsa Portugis dan
Belanda. Ia merupakan sosok yang sangat dihormati oleh masyarakat Cirebon
hingga saat ini.
Era
Kapanembahan
Era
Kapanembahan merupakan kejayaan Cirebon pada abad ke-15 hingga awal abad ke-16.
pada masa ini, terjadi perkembangan pesat di bidang seni, budaya, dan agama.
Salah satu tokoh penting pada masa ini adalah Kapanembahan yang merupakan raja
pertama Kesultanan Cirebon. Ia berhasil mempersatukan wilayah Cirebon dan
membentuk sebuah kerajaan yang kuat. Selain itu, pada masa Kapanembahan juga
terjadi perkembangan seni dan budaya yang sangat pesat. Seni ukir kayu dan
batik menjadi semakin popular dan banyak digunakan sebagai hiasan pada bangunan
dan pakaian. Di bidang agama, Islam semakin berkembang dan banyak dibangun
masjid-masjid yang indah dan megah.
Berdirinya
Kesultanan Kasepuhan dan Kanoman, Pangeran Wangsakerta dan Gotrasawala,
Kasepuan
dipimpn oleh Pangeran Martawijaya selanjutnya disebut sultan sepuh dan dengan
gelar Pangeran Syamsudin. Kanoman dipimpin oleh Pangeran Kartawijaya selanjutnya disebut Sultan Anom dan dengan
gelar Pangeran Badrudin dan Pangeran
Wangsakerta selanjutnya disebut Panembahan (tanpa mempunyai wilayah dan
keraton).
Kasepuhan
dan Kanoman memiliki perbedaan dalam hal pemerintahan, budaya dan agama. Kasepuhan
dikenal sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan, sementara Kanoman lebih focus
pada pengembangan seni dan tradisi Islam. Meskipun demikian, kedua kesultanan
ini saling berhubungan dan bekerja sama dalam menghadapi ancaman dari luar.
Dalam
tahun 1677 M. di Keraton Kasepuhan pernah diadakan mapulung rahi (silaturahmi
kekeluargaan) dan gotrasawala (musyawarah) Para ahli sejarah dari seluruh
nusantara. Musyawarah tersebut diadakan, atas permintaan sultan kasepuhan dan
sultan kanoman, untuk melaksanakan amanat Panembahan Girilaya kepada Pangeran
wangsakerta. Agar ia
menyusun
sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara (Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara).
Pelaksanaannya, mendapat restu dari Susuhunan Banten (Sultan Ageng Tirtayasa)
dan Susuhunan.
Dominasi
VOC,
Pada
masa dominasi VOC di Cirebon, banyak penduduk setempat yang mengalami kesulitan
ekonomi dan social. VOC memonopoli perdagangan rempah-rempah dan memaksa
penduduk untuk bekerja sebagai buruh atau petani tanaman komoditas tertentu.
Hal ini menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
Selain
itu, VOC juga memperkenalkan system pemerintahan yang berbeda dengan tradisi
local. Mereka menempatkan seorang gubernur yang berasal dari Belanda untuk
memimpin wilayah tersebut. Hal ini menimbulkan ketidak puasan dikalangan
penduduk setempat dan memicu perlawanan terhadap VOC. Salah satu bentuk
perlawanan yang dilakukan adalah dengan membentuk Pengguron Kaprabonan, sebuah
organisasi rahasia yang bertujuan untuk melawan kekuasaan VOC dan
mempertahankan tradisi local.
Berdirinnya
Pengguron Kaprabonan,
Pengguron
keprabonan memiliki misi rahasia yaitu menggulingkan kekuasaan VOC di Cirebon,
pada masa itu keprabonan mengalami "vacuum of power" / kekosongan
kekuasaan sehingga memicu pergolakan internal kesultanan pada masa itu.
Disinilah VOC mulai melancarkan strategi adu domba dan ikut campur yang
disambut baik oleh Nyi Mas Ibu (permaisuri ketiga) yang menginginkan putra
hasil hubungan gelap yaitu Pangeran Manduraredja sebagai Sultan Kanoman II.
para bangsawan tidak setuju apabila anak yang mereka anggap haram menduduki
tahta. Maka bangsawan y Kaprabonan membentuk sebuah kelompok rahasia yang
dipimpin oleh Pengguron Kaprabonan, yaitu terdiri pejabat tertinggi di istana.
Mereka merencanakan konspirasi untuk membunuh Sultan Kanoman II dan Nyi Mas
Ibu. lagi-lagi usaha ini gagal karena ada mata-mata dari penghianat dalam
kelompok ini. Hasilnya VOC menangkap dan menghukum mati anggota Pengguron
kaprabonan ini.
Kebangkitan
Santri dan Berdirinya Pondok Pesantren,
Pada
masa penjajahan Belanda, pendidikan Islam di Cirebon mengalami kemunduran yang signifikan.
Namun, pada awal abad ke-20, terjadi kebangkitan santri yang mengarah pada
berdirinya pondok pesantren sebagai pusat pembelajaran agama Islam. Para ulama
dan tokoh masyarakat lokal memainkan peran penting dalam memperjuangkan kembali
nilai-nilai ke Islaman di Cirebon.
Pondok
pesantren yang didirikan pada masa itu menjadi sarana bagi para santri untuk
mempelajari agama Islam dengan lebih mendalam. Selain itu, pondok pesantren
juga menjadi tempat untuk mempertahankan budaya lokal Cirebon, seperti seni
tari topeng Cirebon dan kesenian wayang golek. Kini, pondok pesantren di
Cirebon masih tetap eksis dan menjadi bagian penting dari kehidupan Masyarakat setempat.
0 Reviews:
Posting Komentar
Silahkan tinggal pesan, dilarang SPAM, SARA dan Melanggar Hukum