Minggu, 07 Januari 2024

KONSEP TAQDIR DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA Part. 1

Posted by with No comments

 A. Pengertian Taqdir 

Kata Taqdir (taqdir) terambil dari kata qaddara yang berasal dari akar kata qadara, yang antara lain berarti mengukur. Memberi kadar atau ukuran, sehingga jika kita berkata, “Allah telah menakdirkan demikian, maka itu berarti Allah telah memberi kadar atau ukuran maupun batas tertentu di dalam diri, atau kemampuan maksimal makluk-Nya.”

Dari sekian banyak ayat Al- qur`an di pahami bahwa semua makluk telah di tetapkan Taqdirnya oleh Allah SWT. Menuntun dan menunjukkan mereka arah yang seharusnya mereka tuju begitu di pahami antara lain dari ayat-ayat permulaan surat Al-A`la : 

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْاَعْلَىۙ الَّذِيْ خَلَقَ فَسَوّٰىۖ وَالَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدٰىۖ 

 “Sucikanlah nama Tuhanmu yang maha tinggi, yang menciptakan semua mahluk dan menyempurnakan-Nya, yang memberi Taqdir kemudian mengarahkan-Nya” (Q. S Al-A`la: 1-3). 

Juga di tegaskan pula dalam surat Yasin yang artinya: “Dan matahari berada di tempat peredarannya. Demikian itulah Taqdir yang di tentukan oleh Allah yang maha perkasa lagi maha mengetahui.” (Q. S Yasin: 38). 

Percaya kepada Taqdir qada dan qadhar, merupakan rukun iman yng ke 6 atau terakhir. Beriman kepada Taqdir artinya seseorang mempercayai dan meyakini bahwa Allah telah menjadikan segala makhluk dengan kodrat dan irodatnya dengan segala hikmahnya. 

Dalam pengertian sehari-hari, qada berarti keputusan atau ketetapan, sedangkan qadar berarti ketentuan atau ukuran. Secara rinci pengertian qada adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang menyangkut makhluknya, seperti bulan mengitari matahari, api membakar, nasib baik dan buruk, manfaat dan malapetaka, sukses dan gagal sehat dan sakit dan sebagainya. Sedagkan qadar adalah perwujudan dari ketentuan-ketentuan Allah telah ada sejak zaman azali. Kepercayaan kepada qada dan qadhar Allah secara ringkasnya menyatakan, bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini, termasuk juga yang terjadi pada diri manusia, baik dan buruk, semuanya tidaklah terlepas dari Taqdir atau ketentuan ilahi. 

Semuanya yaitu alam benda-benda atau masyarakat manusia, dikuasai oleh suatu hukum yang pasti dan tetap, juga tidak tunduk kepada kemauan manusia. Bukti adanya Taqdir tuhan ini dapat dilihat pada diri manusia sendiri, sejak lahir sampai mati. Kapan dan di mana manusia lahir, ia tidak memilihnya, dan ketika lahir ke dunia, manusia tidak memilih ibu dan bapak. Tidak memilih bangsa dan tanah air. Bahkan juga tidak memilih jenis laki-laki atau perempuan, dan tidak memilih bentuk dan rupa tubuhnya sendiri. Semua itu telah ditentukan (di Taqdirkan) oleh Allah, dan manusia tinggal menerimanya saja. 

Pendek kata Taqdir atau qada dan qadhar Allah yang menguasai alam ini tidak terbantah adanya. Segi kehidupan di alam ini membuktikannya sendiri, karena itu orang islam wajib mempercayainya.3 Allah berfirman dalam surat al-hadid: 22

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ


Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh mahfuz). Sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”(Q. S Al-hadid 22). Dalam al-qur`an berkali-kali disebutkan masalah kadar atau Taqdir, seperti,:  

a. Segala sesuatu terlaksana dengan Taqdir tuhan 

b. Segala sesuatu dalam perbendaharaan Taqdir tuhan. 

Pemikiran Syekh Abdul Qodir al-Jailani tentang Akhlak

Posted by with No comments

 Adapaun pemikiran al-Jailani dalam bidang akidah dapat dijelaskan secara lebih detail berikut: 

1. Tauhid 

Tauhid sendiri ada dua macam, yaitu: tauhid Rububiyah dan tauhid Ilahiyyah. Tauhid Rububiyah ialah pengakuan bahwa Allah Swt adalah pencipta segala sesuatu. Tauhid ini adalah haq, tidak ada keraguan di dalamnya dan merupakan tujuan sebagian besar kelompok rasionalis, kalam, dan sufi.  Beliau berkata jiwa seluruhnya tunduk kepada Tuhannya, dan mengakuinya bahwa dia pencipta dan pembuatnya, dan jiwa membutuhkan-Nya untuk disembah-Nya, dan jiwa membutuhkan-Nya untuk disembah. Sedangkan tauhid Uluhiyah yaitu tauhid ibadah dan permintaan atau hanya mengkhususkan ibadah kepada Allah dengan berbagai macam ibadah; 'Jika anda berkata "Laa ilaha illallah" berarti anda telah mengaku, maka akan ditanyakan kepada anda, apakah kamu punya bukti?. Buktinya adalah menjalankan perintahnya dan menjauhi laraganya, bersabar atas musibah dan menerima takdir-NYA. 

2. Kenabian 

Mengimani kenabian Muhammad Saw, dan bahwa Allah mengutusnya kepada seluruh alam merupakan pondasi pemikiran yang pokok. Karena tidak sempurna keimanan seseorang, kecuali mengimani kerasulan Nabi Muhammad SAW, beliau berkata " Penganut Islam menyakini bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Rasulullah dan pemimpin Rasul serta penutup para Nabi. 

3. Hari Akhir 

Syekh Abdul Qadir al-Jailani berbicara dengan singkat mengenai masalah ini. Beliau berkata "sesungguhnya ruh para syuhada dan orang mukmin berada di dalam sangkar burung-burung hijau yang berkicau di surga dan terbang menuju kesorot lampu dibawah arsy, kemudian dia akan datang menemui jasadnya lagi ketika peniupan ruh yang kedua ke bumi untuk klarifikasi dan penghitungan amal pada hari kiamat. 

4. Bid'ah 

Syekh Abdul Qadir al-Jilani menyampaikan tidak ada keberuntungan buat anda hingga anda mengikuti al-Kitab dan al- sunnah. 

5. Taat Pemimpin 

Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a menegaskan masalah ini dengan menyebutkan kesepakatan ahlu Sunnah wal jamaah, beliau berkata, ikuti dan taati pemimpin Islam.

Konsep Ajaran Syekh Abdul Qodir al-Jailani

Posted by with No comments

 Pemikiran sufistik al-Jailani banyak berorientasi pada masalah-masalah moral dan ketuhanan (teologis) yang bersumber pada syariat Islam (Al-Qur’an dan Al-Sunnah) baik secara zahir maupun batin. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ali al-Hitti, bahwa tarekatnya adalah tauhid semata yang disertai kehadiran dalam sikap sebagai hamba Tuhan. Sementara mengenai karakteristik tarekatnya, Abdi bin Musafir berkomentar, bahwa tarekatnya adalah kepasrahan kepada alur-alur ketentuan Tuhan yang persepakatan dengan kalbu maupun jiwa (ruh), intergrasi batin dan lahir, pensucian diri dari tabiat-tabiat jiwa. 

Kondisi sosial politik pada masa al-Jailani ditandai dengan kekacauan pemerintahan yang berwujud dehumanisasi dan despiritualisasi. Lantas dari  kalangan ulama’ memutuskan untuk hidup sufi dan menyeru ke jalan yang satu,  yaitu memegang erat tauhid. Maka dalam kaitan inilah al-Jailani sangat lantang menyeru kepada pemurnian tauhid dan menganggap remeh selain Allah. Ia pun secara tegas mengkritik para pembesar kerajaan, termasuk orang-orang yang menumpuk harta dengan jalan yang ilegal, koruptor dan menuding kelemahan-kelemahannya: 

“Engkau bersandar kepada dirimu dan semua ciptaan, kepada harta kekayaanmu, penguasa negerimu, setiap orang yang engkau sandari adalah rusak, semua orang yang engkau takuti dan kau harapkan juga rusak. Dan setiap orang yang kau lihat dalam keadaan bahagia dan sengsara juga akan rusak.” 

“Wahai hati yang mati! Wahai orang yang musyirk! wahai para penyembah berhala, penyembah kehidupan dan harta, pengabdi para sultan kerajaan! ketahuilah, mereka itu ditutupi oleh Allah Azza wajalla. Barang siapa yang menganggap bahwa bahagia dan nestapa itu dari selain Allah, maka mereka itu bukan hamba-Nya”. 

Mengenai seruan tauhid, al-Jailani pada bagian pertama pada konsepsi wacananya sudah memberi wawasan, bahwa tiga hal mutlak yang harus dimiliki oleh seorang mukmin adalah menjaga perintah Allah, menghindar dari segala yang haram dan rela dengan takdir. Dalam wacana kedua ia menuturkan: 

“Ikutilah sunnah rasul dengan penuh keimanan, jangan membuat bid’ah, patuhilah selalu Allah dan rasul-Nya, jangan melanggar, junjung tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan-Nya, sucikanlah senantiasa ……” 

Dalam konsepsi kemurnian tauhid dan penafian syirik ia mempunyai pandangan yang sangat mendalam. Misalnya dalam wacana ketujuh dari Futuh al-Ghaib disebutkan: 

“…… Jangan sekutukan Dia dengan sesuatu apapun, jangan berkehendak diri agar tak tergolong orang-orang musyrik”. Menurutnya, kesyirikan tidak hanya penyembahan kepada berhala saja, tetapi pemujaan nafsu jasmani dan menyamakan segala sesuatu yang ada di dunia dan akhirat dengan Allah, juga tergolong syirik. Sebab selain Allah adalah bukan Tuhan, dan menenggelamkan diri pada sesuatu selain Allah berarti menyekutukan Tuhan. 

Dalam bidang akidah al-Jailanai mendalaminya dari beberapa guru dan ulama besar dan terkenal. Syekh Abdul Qadir al-Jailani mempunyai manhaj yang baik dalam masalah-masalah akidah, yang dapat disimpulkan, Pertama, beliau menjelaskan masalah akidah dengan menggunakan metode bayani yang tepat, ungkapan yang mudah, praktis, sejajar, dan seimbang, yaitu antara misi, gerakan jiwa, dan kecenderungan dalam memberikan penjelasan; Kedua, keteguhannya untuk tidak keluar dari madlul oleh al-Qur’an dan hadis Nabi dalam menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah Swt; Ketiga, Syekh Abdul Qadir al-Jailani menyebutkan berkali-kali bahwa akidahnya adalah akidah salaf dan meminta kepada Allah Swt agar mematikannya menjadi imam madzab Ahlu Sunnah wal-Jamaah;

Keempat, menolak penakwilan para mutakallimun Said bin Musfir, 2005; 43-49). Seperti biasanya, manhaj-nya adalah menolak penakwilan selama pengambilan dalilnya bias dilakukan berdasarkan al-Qur’an dan sunnah; Kelima, menahan diri dari sesuatu yang tidak disebutkan Allah Swt. Di dalam kitabullah dan Sunnah rasul-Nya, baik dari sisi penetapan maupun penolakan; Keenam, menentang ilmu kalam. Di antara prinsip dalam manhaj Syekh Abdul Qadir al-Jailani adalah menjelaskan akidah dengan cara menolak ilmu kalam dan tidak bersandar kepadanya, karena dia melihat bahwa ilmu kalam adalah sumber kesesatan yang menjerumuskan kaum di dalamnya. 

Sejarah Syekh Abdul Qodir al-Jailani

Posted by with No comments


Nama lengkapnya adalah Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al-Jaelani, lahir di Jailan atau Kailan tahun 470 H/1077 M.151 Beliau wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir di daerah Babul Azajwafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali. 

Beliau meninggalkan tanah kelahiran, dan merantau ke Baghdad pada saat beliau masih muda. Di Baghdad belajar kepada beberapa orang ulama’ seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Muharrimi. Beliau belajar sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’. Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. 

Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah itu tidak kuat menampungnya. Maka, diadakan perluasan. Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama’ terkenal. Seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Juga Syekh Qudamah penyusun kitab figh terkenal Al Mughni. 

Perkataan ulama tentang beliau: Syekh Ibnu Qudamah rahimahullah ketika ditanya tentang Syekh Abdul Qadir, beliau menjawab, “ kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian terhadap kami. Kadang beliau mengutus putra beliau yang bernama Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.” Syekh Ibnu Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu bulan sembilan hari. Kesempatan ini digunakan untuk belajar kepada Syekh Abdul Qadir Al Jailani sampai beliau meninggal dunia. (Siyar A’lamin Nubala XX/442). Beliau adalah seorang ‘alim. Beraqidah Ahlu Sunnah, mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak (pula) orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, “thariqah” yang berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya. 

Di antaranya dapat diketahui dari perkataan Imam Ibnu Rajab, “ Syekh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para Syekh, baik ‘ulama dan para ahli zuhud. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri’ Abul Hasan Asy Syathnufi Al Mishri (Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Yusuf bin Jarir Al Lakh-mi Asy Syath-Nufi. Lahir di Kairo tahun 640 H, meninggal tahun 713 H. Dia dituduh berdusta dan tidak bertemu dengan Syekh Abdul Qadir Al Jailani) mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syekh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis perkara-perkara  yang aneh dan besar (kebohongannya ). Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan yang dia dengar. Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tentram untuk berpegang dengannya, sehingga aku tidak meriwayatkan apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah mansyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh ( dari agama dan akal ), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak berbatas. (Seperti kisah Syekh Abdul Qadir menghidupkan ayam yang telah mati, dan sebagainya.) semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syekh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah. Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja’far Al Adfwi (Nama lengkapnya ialah Ja’far bin Tsa’lab bin Ja’far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal Al Adfawi. Seorang ‘ulama bermadzhab Syafi’i. Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 685 H. Wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi beliau dimuat oleh Al Hafidz di dalam kitab Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452.) telah menyebutkan, bahwa Asy Syath-nufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini.”. 

Imam Ibnu Rajab juga berkata, “ Syekh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah memiliki yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Beliau membantah dengan keras terhadap orangorang yang menyelisihi sunnah.” 

Syekh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah, “ Dia (Allah ) di arah atas, berada di atas ‘arsy-Nya, meliputi seluruh kerajaanNya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.” Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan hadis-hadis, lalu berkata “ Sepantasnya menetapkan sifat istiwa’ (Allah berada diatas ‘arsy-Nya) tanpa takwil (menyimpangkan kepada makna lain ). 

Dan hal itu merupakan istiwa’ dzat Allah diatas arsy.” Ali bin Idris pernah bertanya kepada Syekh Abdul Qadir Al Jailani, “ Wahai tuanku, apakah Allah memiliki wali (kekasih ) yang tidak berada di atas aqidah Ahmad bin Hambal?” Maka beliau menjawab, “ Tidak pernah ada dan tidak akan ada.”. Sam’ani berkata, “ Syekh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau.” Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syekh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lam an-Nubala, dan menukilkan perkataan Syekh sebagai berikut,”Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.” Imam Adz Dzahabi menukilkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Syekh Abdul Qadir yang aneh-aneh sehingga memberikan kesan seakan-akan beliau mengetahui hal-hal yang ghaib. Kemudian mengakhiri perkataan, “ Intinya Syekh Abdul Qadir memiliki kedudukan yang agung. 

Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun ‘Abd. al-Qadir Jaylani menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpin anak kedua ‘Abd. al-Qadir Jaylani, Abdul Razaq (528-603 H/1134- 1206 M), sampai hancurnya Baghdad pada tahun 656 H/1258 M. Syekh ‘Abd. al-Qadir Jaylani juga dikenal sebagai pendiri sekaligus penyebar salah satu tarekat terbesar didunia bernama tarekat Qodiriyah.

Baca juga : Konsep Ajaran Syekh Abdul Qodir al-Jailani

Contoh Tugas Creative Content Production Pembelajaran PAI : Membuat Naskah Audio Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka

Posted by with No comments

 

NASKAH AUDIO PEMBELAJARAN

KURIKULUM MERDEKA

LITERASI BUDAYA “KAIN SONGKET PALEMBANG

 

NO

NAMA PELAKU, JENIS AUDIO

UCAPAN, MUSIK, SOUND EFFECT

SEGMEN 1 : MENGENAL KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN

1.

BUMPER IN

:

STANDAR

2.

NARATOR

:

(BERGEMA) SERI PEMBELAJARAN LITERASI BUDAYA LOKAL (MENGENAL SONGKET PALEMBANG)

3.

MUSIK

:

FADE UP- DOWN-UNDER

4.

NARATOR

:

Halo Sobat Generasi X dimanapun anda berada, selama berjumpa di Seri Pembelajaran Literasi Budaya Lokal / Pelajar Merdeka / Pelajar Milenial // Topik kita kali ini adalah tentang pakaian khas daerah kita tercinta ini yaitu Songket Palembang // Yuuk kita Simak kisahnya//

5.

MUSIK

:

MUSIK KHAS “ PEMPEK LENJER”

6.

NARATOR

:

Sobat edukasi/ Kota Palembang/ sering disebut orang sebagai kota Pempek / mengapa begitu? Yah.. kota ini terkenal dengan olahan makanan tradisional dari ikan yang disebut dengan pempek // Tapi kita tidak membahas masalah pempek / Kita akan membahas tentang pakaian tradisional yang terkenal hingga ke mancanegara/ yaitu kain songket / Banyak pengrajin songket yang menjadikan rumah mereka sebagai tempat produksi dan sekaligus cagar budaya di kota Palembang ini//

7.

MUSIK

:

MUSIK KHAS “ GENDING SRIWIJAYA”

8.

NARATOR

:

Kota Palembang merupakan kota yang dahulu kala menjadi Pusat Kerajaan Sriwijaya. Kota yang dibelah oleh Sungai terpanjang di Indonesia yaitu Sungai Batang Hari Sembilan. Kota Palembang merupakan kota yang memiliki jalur transportasi darat dan air. Sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidupnya dari perairan Sungai Musi. Banyak sekali kerajinan tradisional kota Palembang yang menjadi Icon hingga ke manca negara / salah satunya adalah kain songket.

9.

MUSIK

:

MUSIK KHAS “ LAGU SONGKET PALEMBANG”

10.

NARATOR

:

Songket Palembang sudah dikenal sejak masa Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam/ Terbukti dari adanya songket di dalam arca di kompleks percandian Tanah Abang, Kab Muara Enim//

Songket Palembang adalah kain tenun khas Palembang yang memiliki makna kemakmuran, kejayaan, dan keberanian/ Songket Palembang juga ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada tahun 2013 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/

Ada enam ragam jenis Songket Palembang/ yaitu Songket Lepus/ Songket Tabur/ Songket Bunga/ Songket Beras Basah/ Songket Bungo Pacik dan Songket Bungo Cino//. Setiap jenis songket memiliki ciri khas tersendiri dalam motif dan teknik pembuatannya/ Songket Palembang ini dapat memakan waktu 3 bulanan dalam pembuatannya.//

11.

NARATOR

:

Proses pengerjaan kain songket memakan waktu lama adalah karena benang emas yang sulit didapatkan di Indonesia/ Tahap persiapan dari awal pembenangan, pembuatan limar atau pencukitan butuh waktu agak lama, seperti tiga bulanan//. Jika persiapannya sudah siap, termasuk benang-benang sudah siap, tenunan sudah dicukit, sehingga tinggal proses penenunan, selembar kain biasanya selesai 10 hingga 14 hari.

12.

MUSIK

:

MUSIK KHAS “ LAGU SONGKET PALEMBANG”

 

 

 

Jenis-Jenis Songket Palembang

Songket Lepus, Songket Lepus merupakan jenis songket yang memiliki motif yang cukup kompleks dengan banyaknya variasi dan umumnya dipenuhi oleh warna-warna mencolok.

Songket Tretes, Songket ini hanya memiliki motif di bagian ujung-ujung kain sedangkan pada bagian tengah dibiarkan kosong tanpa motif.

Songket Limar. Songket ini dikenal dengan jenis songket warna-warni; merujuk pada kata limar yangmemiliki makna etimologis warna-warni. 

songket bungo pacik, Songket ini  dibuat menggunakan benang kapas putih yang banyak digunakan oleh penduduk berketurunan Arab.

songket kombinasi. songket ini merupakan songket yang memiliki ragam corak yang bersumber dari jenis-jenis songket lainnya yang kemudian di kombinasikan dengan jenis-jenis yang di inginkan.

13.

MUSIK

:

MUSIK KHAS “ GADIS PALEMBANG”

14.

NARATOR

 

Makna Filosopi Songket/

Songket dengan motif bunga Tanjung/ kain dengan motif bunga mawar memiliki arti sebagai bentuk ramah tama, kelembutan//

Kain songket dengan motif bunga Melati/ Motif kain songket dengan bentuk bunga melati memiliki makna sebagai kesucian, kecantikan ataupun keanggunan/ sebagai bentuk sopan santun bagi sang pemakai biasannya motif ini dikenakan oleh perempuan yang belum menikah//

Kain Songket dengan Motif Pucuk Rebung//Kain jenis ini memiliki makna sebagai bentuk harapan dan keinginan serta doa baik bagi sang pemakai/ hal ini yang menyebabkan kain songket ini selalu digunakan dalam kegiatan adat/ dan diharapkan sang pemakai dapat selalu di berkati dan diberikan kemudahan.

15.

MUSIK

:

SFX SUASANA SUNGAI MUSI KOTA PALEMBANG

16.

NARATOR

:

Sahabat edukasi, demikian tadi Sejarah singkat Songket Palembang, jenis dan filosofi dibalik corak songket nan indah// Sampai juma dalam Program Edukasi Literasi Budaya Lokal/

17.

BUMPER OUT

:

STANDAR

18.

MUSIK

:

TRANSISI

19.

CLOSING PROGRAM

:

Program ini dikembangkan oleh IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Agama Islam

20.

MUSIK

:

PENUTUP

 


RESUME MATA KULIAH CIREBON STUDIES

Posted by with No comments

 Oleh : Sumario

Citra Cirebon pada Era Pra Islam (Hindu-Buddha)

Cirebon terletak di Pantai Barat Laut Pulau Jawa, dikenal karena kekayaan Sejarah dan warisan budayanya. Letaknya yang strategis merupakan pusat perdagangan sejak zaman dahulu, karena merupakan kota Pelabuhan penting yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera.

Cirebon era pra Islam diperintah oleh raja-raja Hindu dan Budha sejak 400 Masehi. Pada masa itu banyak pengaruh dari budaya Hindu dan Budha terutama dari budaya India.

Cirebon merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Sunda mulai Tahun 669 M,  karena pada masa itu Kerajaan Sunda mendomansi wilayah Jawa Barat selama berabad-abad.  Pada masa ini terkenal dengan seni, Bahasa dan sastranya, terjalin perdagangan dengan Cina dan India.

 

Kerajaan- Kerajaan Pra Islam,

-          Kerajaan Tarumanagara, berkembang pada abad ke 4-7 berpusat di aliran Sungai Citarum, dikenal dengan sistem irigasi pertaniannya dan dipengaruhi oleh budaya Hindu Budha India

-          Kerajaan Kalingga, muncul pada abad ke-6, terletak di bagian utara Cirebon, berkembang sebagai kekuatan perdagangan maritim, ditandai dengan tradisi pelayaran regional yang kuat.

-          Kerajaan Sunda, penguasa dominan di Jawa Barat pada abad 7-16 M, terkenal dengan seni, Bahasa dan sastranya, terlibat perdagangan dengan Cina dan India, pada masa Kerajaan ini terjadi transisi dari pengaruh Hindu Budha ke pengaruh Islam. Kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Sunda ini terjadi pada akhir Abad ke-13 akibat konflik dan penyebaran Islam.

-          Kerajaan Galuh, berkembang pada abad ke 7-13 terletak di bagian Timur Cirebon, dikenal dengan kerajinan logam dan keahliannya dalam pengerjaan logam, sangat dipengaruhi oleh unsur budaya India.

 

Kesultanan Cirebon Muncul

Islam masuk ke wilayah Cirebon pada akhir abad ke-15 ditandai dengan berdirinya kesultanan Cirebon pada awal abad ke-16. Pada masa ini terjadi penggabungan antara budaya tradisi Hindu, Budha dan Islam. Budaya dan kehidupan sehari-hari Masyarakat yaitu ditandai dengan perekonomian melalui perdagangan yang aktif dan Pelabuhan yang berkembang. Dari segi arsitektur, kuil Hindu dan Budha berdampingan dengan Masjid. Terjadi perkembangan dibidang Seni sinkretis, arsitektur, sastra, pertanian, tekstil dan kerajinan tangan.

 

Toko terkenal pada masa ini yaitu :

Prabu Siliwangi merupakan Raja Hindu terakhir Kerajaan Sunda, Pangeran Walangsungsang Pendiri Cirebon, dan Sunang Guning Jati sebagai pelopor Islam sekaligus Sultan di Cirebon,

 

Pedukuhan Tegal Alang-Alang

Sebelum berdirinya kekuasaan politik Islam dibawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati, wilayah Cirebon dapat dikelompokkan atas dua daerah yaitu daerah pesisir disebut dengan nama Cirebon Larang dan daerah pedalaman yang disebut Cirebon Girang. Lokasi Cirebon Larang tadinya merupakan kawasan hutan di wilayah Cirebon Pesisir yang biasa disebut Tegal Alang-Alang atau Lemah Wungkuk. Pada masa Raden Walangsungsang, Cirebon Larang semakin berkembang melebihi ukuran sebuah desa. Saat itu wilayahnya banyak didatangi oleh para pendatang dari berbagai suku bangsa. Semakin banyak juga penduduk Cirebon yang beralih agama dari Hindu (pengaruh Pajajaran di pantai utara Jawa khususnya di Cirebon dan sekitarnya) ke agama Islam.

Pangguron Islam Gunung Jati yang didirikan oleh Raden Walangsungsang bersama adik dan istrinya diperintahkan oleh gurunya Syekh Dzatul Kahfi untuk membuat pedukuhan (perkampungan). Daerah ini yang merupakan hutan terletak di bagian Selatan Gunung Jati. Setelah perdukuhan tersebut dibentuk diberi nama Tegal Alang-alang dan Raden Walangsungsang sebagai kepala dukuh dengan gelar Ki Kuwu dan juga dijuluki Pangeran Cakrabuana. Dalam waktu singkat Tegal Alang-alang berkembang pesat, akhirnya pedukuhan ini dinamai Caruban. Disamping itu sebagian besar warganya bekerja sebagai pembuat petis dan menangkap ikan, petis yang dibuat dari bahan air udang Bahasa Sundanya Cai rebon dan akhirnya Masyarakat menyebutnya Cirebon.

 

Peninggalan Cirebon Pra Islam

-          Seni arsitektur dan monument berupa keraton Kasepuhan, Masjid Agung Cirebon, Kompleks Candi Muara Jati, dan desa penghasil Batik.

-          Sastra dan cerita rakyat berupa Puisi kakawin kuno, pertunjukan wayang golek, fabel dan legenda, puisi klasik dan prosesnya.

-          Pengaruh pada Seni dan Estetika yaitu; Tema Hindu digambarkan dalam seni candi, Gaya Islam terlihat pada arsitektur masjid, Pola batik memadukan beragam gaya, Perpaduan eklektik dalam sastra dan musik

 

PERTEMUAN III

A.    Islam membumi di Cirebon

Sejarah Cirebon pada masa Hindu-Budha, mengelami perkembangan lebih cepat selama masa Kerajaan Sunda yang diperintah oleh  Prabu Siliwangi, selanjutnya pada masa Islam pada abad ke-16, melalui para Wali Songo seperti Sunan Gunung Jati dan Syekh Datuk Kahfi, Cirebon semakin berkembang. Pada masa Kolonisasi Belanda, Cirebon menjadi bagian dari wilayah Hindia Belanda pada abad ke-18 dan bagian dari Provinsi Jawa Barat setelah kemerdekaan Indonesia

Syekh Nurjati dan Pesantren Pesambangan Jati

Syekh Nurjati adalah seorang ahli Tasawuf  yang memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai disiplin ilmu agama Islam. Syekh Nurjati juga dikenal sebagai pendiri Pesantren Pesambangan Jati, yang menawarkan penyelidikan dan jaringan pembelajaran bagi para santrinya. Syekh Nurjati dianggap sebagai tokoh penting dalam penyebaran Islam di Cirebon dan wilayah sekitarnya, dan banyak dari pengikutnya yang terus berkembang hingga saat ini.

Pesantren Pesambangan Jati

Pesantren Pesambangan Jati didirikan oleh Syekh Nurjati sebagai pusat pembelajaran Islam, yang diperkenalkan dengan cara yang termasuk dalam budaya setempat di Cirebon Pesantren Pesambangan Jati juga menjadi pusat dimana para santri belajar Al-Quran  dan menjalankan pengamalan agama Islam dalam kehidupan mereka. Saat ini, Pesantren Pesambangan Jati telah berkembang menjadi pusat pendidikan berbasis industri, di mana para santri belajar hingga pada tingkat yang setara dengan universitas. Pesantren ini juga memiliki peran sentral dalam pengembangan Islam di Cirebon dan Indonesia. Mereka menjadi pusat pembelajaran dan penyebaran ajaran Islam. Pesantren memberikan akses pendidikan yang murah bagi para santri untuk belajar dan tumbuh dalam suasana kekeluargaan dan persaudaraan.

Pesantren Pesambangan Jati dikembangkan menjadi tempat di mana orang-orang belajar Kattrin dan Keuskupan Islam, menciptakan sejarah dan budaya yang kaya dan terus berkembang.

 

Berdirinya Keratuan Pakungwati

Pendirian Keraton Keraton Pakungwati didirikan oleh Ki Gede Pemanahan pada abad ke-

16. Keluarganya membentuk satu dari empat kelompok besar putra dan bangsawan yang

berperan di dalam Keraton. Keraton Pakungwati mendukung pengembangan kesenian dan budaya untuk memperkaya kehidupan Keraton dan rakyat Cirebon. Keraton Pakungwati mendukung pengembangan  pembelajaran, putraman dan pendidikan dari abad ke-16 hingga sekarang. Mereka juga menjadi pusat kegiatan metafisik dan kepercayaan orang Cirebon.

Peran Islam dalam Budaya Cirebon

1.      Pengaruh dalam Kesenian

Islam sangat mempengaruhi kesenian dan budaya di Cirebon, menjadikan salah satu contoh yang terkenal seni Tari Topeng yang akar-akarnya berbasis pada ritual keagamaan serta ajaran dan kisah-kisah Islami.

2.      Pengaruh dalam Makanan dan Tradisi

Bagian besar dari makanan dan tradisi Cirebon juga terpengaruh oleh ajaran Islam, menciptakan kegiatan dan acara tahunan seperti perayaan idul fitri, jika pangan dan sejenisnya.

3.      Kesamanan Melalui Pendidikan Islam

Seiring waktu, masyarakat Cirebon terus bersatu terutama melalui pendidikan Islam, yang menciptakan kesamaan di tengah keberagaman.

 

PERTEMUAN IV

Cirebon Era Syarif Hidayatullah

Perjalanan ke Tanah Jawa, Pengaruh Hindu-Buddha Berbagai pengaruh Hindu-Buddha terlihat dalam seni, arsitektur, dan kebudayaan Jawa pada zaman itu. Kedatangan Islam Islam tiba di Pulau Jawa pada abad ke-13 melalui para pedagang Muslim dan wali songo yang berdakwah. Kerajaan Majapahit memiliki pengaruh yang kuat di Jawa hingga akhirnya melemah pada abad ke-15.

 

 

Berdirinya Kerajaan Islam: Kasunanan Cirebon,

Peran Syahbandar Cirebon dalam menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha menjadi awal terbentuknya Kesultanan Cirebon.

 

Syarif Hidayatullah

Beliau seorang wali songo yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati yang menjadi pelopor penyebaran agama Islam dan mendirikan Kesultanan Cirebon. Peran Syahbandar Cirebon dalam menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan kerajaan Hindu-Buddha menjadi awal terbentuknya Kesultanan Cirebon. seorang  wali songo, menjadi pelopor penyebaran agama Islam dan mendirikan Kesultanan Cirebon.

Penobatan Sunan

Gunung JatiSunan Gunung Jati, salah satu wali songo, dinobatkan sebagai raja pertama Kasunanan Cirebon oleh raja Pajajaran. Penobatan Panetep Panatagama Rasul rat Sundabhumi. Pengakuan Kesultanan Cirebon oleh Kesultanan Demak sebagai salah satu  pusat Islam di Jawa. Pengakuan Kesultanan Banten terhadap Kesultanan Cirebon sebagai pemimpin agama Islam di Jawa Barat.

Perkembangan Agama dan Kebudayaan

Bukti-bukti kejayaan pada era Syekh Syarif Hidayatullah di Cirebon, selain terlihat dari sisi keagamaannya yang bersifat rohaniah seperti penyebaran Islam. Penyebaran agama Islam dan perkembangan budaya Islam di  wilayah Cirebon. Wangsa Badug menjadi pewaris kepemimpinan Kasunanan Cirebon setelah wafatnya Sunan Gunung Jati.

Pembagian wilayah  Kasunanan Cirebon  menjadi tiga wilayah: Kacirebonan, Kaprabonan, dan  Kanoman. Peninggalan seni dan arsitektur Kasunanan Cirebon yang terkenal, seperti Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.

Kasunanan Cirebon menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Hubungan yang erat antara Kasunanan Cirebon dan Kesultanan Banten dalam hal politik dan perdagangan. Pengaruh-pengaruh budaya luar yang masuk ke Cirebon melalui perdagangan dan hubungan dengan kesultanan-kesultanan lainnya. Kasunanan Cirebon sebagai Pusat Kebudayaan dan Agama Islam, Kasunanan Cirebon menjadi pusat pengembangan sastera  dalam bahasa Jawa.  Keseniaan Tradisional Keberagaman kesenian tradisional Cirebon yang

merupakan hasil  perpaduan budaya Jawa, Sunda, dan Islam.

Sumbangan Kasunanan Cirebon untuk  Peradaban Nusantara yaitu Pembinaan Agama dan Budaya, Peran Kasunanan Cirebon dalam penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah di Nusantara. Perdagangan dan Ekonomi Kesultanan Cirebon menjadi pusat perdagangan dan meraih  kemakmuran ekonomi di masa lalu.

Petatah petitih Sunan Gunung Jati,

Petatah petitih tersebut berisi ajaran dan filosofi yang didasarkan pada agama Islam sebagai

panduan dalam menjalani  kehidupan sehari-hari. Sunan Gunung Jati dengan gigihnya menyebarkan pesan-pesan kebaikan, menyuarakan kebenaran, dan berjuang melawan segala bentuk  ketidakadilan.  Beliau mengajarkan pentingnya hidup sederhana, menghargai alam, dan menjaga keselarasan antara manusia dengan lingkungannya.

 

Menjangan Wulung dan Adzan Pitu di Masjid Agung Sang Ciptarasa,

Menjangan Wulung adalah seorang pahlawan legendaris yang ceritanya terkenal dalam seni tari, sastra, dan seni rupa. Kisahnya berlatar belakang hutan yang mempesona, tempat Menjangan Wulung menjalani petualangannya dalam menghadapi musuh dan menggapai cita-citanya.

Adzan Pitu di Masjid Agung Sang Ciptarasa

Adzan Pitu dirayakan di Masjid Agung Sang Ciptarasa, saat tujuh muadzin berkumpul dan

bersama-sama mengumandangkan azan pada waktu yang sama. Suara azan yang merdu dan harmonis menciptakan suasana sakral, menggetarkan hati  dan membawa kedamaian kepada seluruh umat Muslim yang hadir. Adzan Pitu melambangkan kesatuan, persatuan, dan keharmonisan antara umat Muslim  di Cirebon.

Nyi Mas Gandasari merupakan seorang pahlawan nasional yang gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan semangat perlawanan pada masa penjajahan. Beliau melambangkan kekuatan dan semangat masyarakat Cirebon dalam mempertahankan identitas budaya dan melawan penjajah. Peran Fatahillah dalam sejarah Jayakarta, Fatahillah memimpin pasukan melawan penjajah Portugis dan berhasil merebut istana Sunda Kelapa, menjadikannya Jayakarta.Beliau mengembangkan kota,  membangun infrastruktur, dan

menjadikan Jayakarta sebagai salah  satu pusat perdagangan dan  kebudayaan di Nusantara.

Nama Fatahillah tetap hidup dalam sejarah Jakarta sebagai pahlawan yang berjasa dalam membangun dan menjaga identitas serta keberlanjutan Kota Jakarta yang kita cintai saat ini

 

 

 

 

PERTEMUAN V

Cirebon Era Penerus Syarif Hidayatullah

Pada masa pemerintahan Syarif Hidayatullah, Cirebon menjadi pusat perdagangan yang penting di wilayah Jawa Barat. Selain itu, Syarif Hidayatullah juga dikenal sebagai tokoh yang memperkenalkan agama Islam di Cirebon dan berhasil mengislamkan banyak penduduk setempat. Selain keberhasilannya dalam memperkenalkan Islam, Syarif Hidayatullah juga dikenal karena kemampuannya dalam mempertahankan kemerdekaan Cirebon dari serangan bangsa Portugis dan Belanda. Ia merupakan sosok yang sangat dihormati oleh masyarakat Cirebon hingga saat ini.

Era Kapanembahan

Era Kapanembahan merupakan kejayaan Cirebon pada abad ke-15 hingga awal abad ke-16. pada masa ini, terjadi perkembangan pesat di bidang seni, budaya, dan agama. Salah satu tokoh penting pada masa ini adalah Kapanembahan yang merupakan raja pertama Kesultanan Cirebon. Ia berhasil mempersatukan wilayah Cirebon dan membentuk sebuah kerajaan yang kuat. Selain itu, pada masa Kapanembahan juga terjadi perkembangan seni dan budaya yang sangat pesat. Seni ukir kayu dan batik menjadi semakin popular dan banyak digunakan sebagai hiasan pada bangunan dan pakaian. Di bidang agama, Islam semakin berkembang dan banyak dibangun masjid-masjid yang indah dan megah.

Berdirinya Kesultanan Kasepuhan dan Kanoman, Pangeran Wangsakerta dan Gotrasawala,

Kasepuan dipimpn oleh Pangeran Martawijaya selanjutnya disebut sultan sepuh dan dengan gelar Pangeran Syamsudin. Kanoman dipimpin oleh Pangeran Kartawijaya  selanjutnya disebut Sultan Anom dan dengan gelar Pangeran Badrudin dan  Pangeran Wangsakerta selanjutnya disebut Panembahan (tanpa mempunyai wilayah dan keraton).

Kasepuhan dan Kanoman memiliki perbedaan dalam hal pemerintahan, budaya dan agama. Kasepuhan dikenal sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan, sementara Kanoman lebih focus pada pengembangan seni dan tradisi Islam. Meskipun demikian, kedua kesultanan ini saling berhubungan dan bekerja sama dalam menghadapi ancaman dari luar.

Dalam tahun 1677 M. di Keraton Kasepuhan pernah diadakan mapulung rahi (silaturahmi kekeluargaan) dan gotrasawala (musyawarah) Para ahli sejarah dari seluruh nusantara. Musyawarah tersebut diadakan, atas permintaan sultan kasepuhan dan sultan kanoman, untuk melaksanakan amanat Panembahan Girilaya kepada Pangeran wangsakerta. Agar ia

menyusun sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara (Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara). Pelaksanaannya, mendapat restu dari Susuhunan Banten (Sultan Ageng Tirtayasa) dan Susuhunan.

Dominasi VOC,

Pada masa dominasi VOC di Cirebon, banyak penduduk setempat yang mengalami kesulitan ekonomi dan social. VOC memonopoli perdagangan rempah-rempah dan memaksa penduduk untuk bekerja sebagai buruh atau petani tanaman komoditas tertentu. Hal ini menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan.

Selain itu, VOC juga memperkenalkan system pemerintahan yang berbeda dengan tradisi local. Mereka menempatkan seorang gubernur yang berasal dari Belanda untuk memimpin wilayah tersebut. Hal ini menimbulkan ketidak puasan dikalangan penduduk setempat dan memicu perlawanan terhadap VOC. Salah satu bentuk perlawanan yang dilakukan adalah dengan membentuk Pengguron Kaprabonan, sebuah organisasi rahasia yang bertujuan untuk melawan kekuasaan VOC dan mempertahankan tradisi local.

Berdirinnya Pengguron Kaprabonan,

Pengguron keprabonan memiliki misi rahasia yaitu menggulingkan kekuasaan VOC di Cirebon, pada masa itu keprabonan mengalami "vacuum of power" / kekosongan kekuasaan sehingga memicu pergolakan internal kesultanan pada masa itu. Disinilah VOC mulai melancarkan strategi adu domba dan ikut campur yang disambut baik oleh Nyi Mas Ibu (permaisuri ketiga) yang menginginkan putra hasil hubungan gelap yaitu Pangeran Manduraredja sebagai Sultan Kanoman II. para bangsawan tidak setuju apabila anak yang mereka anggap haram menduduki tahta. Maka bangsawan y Kaprabonan membentuk sebuah kelompok rahasia yang dipimpin oleh Pengguron Kaprabonan, yaitu terdiri pejabat tertinggi di istana. Mereka merencanakan konspirasi untuk membunuh Sultan Kanoman II dan Nyi Mas Ibu. lagi-lagi usaha ini gagal karena ada mata-mata dari penghianat dalam kelompok ini. Hasilnya VOC menangkap dan menghukum mati anggota Pengguron kaprabonan ini.

Kebangkitan Santri dan Berdirinya Pondok Pesantren,

Pada masa penjajahan Belanda, pendidikan Islam di Cirebon mengalami kemunduran yang signifikan. Namun, pada awal abad ke-20, terjadi kebangkitan santri yang mengarah pada berdirinya pondok pesantren sebagai pusat pembelajaran agama Islam. Para ulama dan tokoh masyarakat lokal memainkan peran penting dalam memperjuangkan kembali nilai-nilai ke Islaman di Cirebon.

Pondok pesantren yang didirikan pada masa itu menjadi sarana bagi para santri untuk mempelajari agama Islam dengan lebih mendalam. Selain itu, pondok pesantren juga menjadi tempat untuk mempertahankan budaya lokal Cirebon, seperti seni tari topeng Cirebon dan kesenian wayang golek. Kini, pondok pesantren di Cirebon masih tetap eksis dan menjadi bagian penting dari kehidupan Masyarakat setempat.